3 Juta Pekerja Terancam PHK jika Tarif Impor AS Tak Bisa Dinegosiasikan. (Foto: Okezone.com/Freepik)
JAKARTA – Pemerintah Indonesia didesak segera melakukan diplomasi setelah AS mengenakan tarif bea masuk 32% pada barang-barang dari Indonesia. Diplomasi harus segera dilakukan karena mengancam 3 juta tenaga kerja Indonesia.
1. Ancaman PHK
Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan bea masuk 32% pada produk asal Indonesia akan menekan sektor usaha pada karya, khususnya yang memproduksi pakaian dan aksesoris, baik rajutan maupun bukan rajutan. Dampaknya juga besar pada kelompok mebel, furnitur, dan perabotan.
Bila ekspor tersebut terganggu, dampak lanjutannya adalah keamanan tenaga kerja di sektor tekstil dan produk tekstil yang jumlahnya lebih dari 3 juta orang.
“Ini masalah serius yang harus dipikirkan oleh pemerintah, apalagi saat ini sedang ramai-ramainya informasi tentang PHK,” ujar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko, Minggu (6/4/2025).
Oleh karena itu, dirinya mendorong diplomasi bisa saja melalui Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat yang melakukan perundingan bilateral dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memperjuangkan penurunan tarif timbal balik yang sudah diumumkan, mumpung sebelum pemberlakuannya jatuh tempo.
“Jangan sampai terlambat. Saatnya untuk diplomasi segera,” tegasnya.
Nilai Perdagangan RI dengan AS
Apalagi, dalam lima tahun terakhir (2020-2024) Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama yang menjadi penyerap terbesar komoditas ekspor Indonesia, setelah China.
Berdasarkan datanya, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terus mengalir surplus dalam 27 tahun terakhir, yakni periode 1998-2024.
2. Barang yang Paling Banyak Diimpor AS dari Indonesia
Alasan sektor-sektor tersebut paling terpukul. Sepanjang periode 2020-2024, Amerika Serikat menyerap lebih dari separuh dari total ekspor tiga komoditas asal Indonesia tersebut yang dikirim ke seluruh dunia. Untuk pakaian dan aksesorinya rajutan misalnya, yang diserap pasar Amerika mencapai 60,5% atau senilai USD12,2 miliar selama lima tahun tersebut.
Sementara daya serap Amerika untuk komoditas pakaian dan aksesorinya yang bukan rajutan asal Indonesia, sepanjang lima tahun di periode yang sama, nilainya USD10,7 miliar atau 50,5% dari total ekspor Indonesia ke dunia. Begitu pun dengan komoditas mebel, furnitur, dan perabotan, Amerika menyerap 58,2% atau sekitar USD7,5 miliar.
“Jadi kalau pengiriman ke Amerika Serikat terhambat gara-gara tarif, ekspor komoditas-komoditas tersebut bisa terganggu atau bahkan mungkin tumbang. Sebab lebih dari separuh produk-produk tersebut diserap oleh pasar Amerika,” ujar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko, di Jakarta, Minggu (6/4/2025).
Selain tiga komoditas utama tersebut yang sebagian besar penjualan ekspornya diserap oleh pasar Amerika, produk lainnya adalah produk olahan dari daging, ikan, krustasesea dan moluska. Sepanjang 2020-2024, pasar Amerika menyerap USD4,3 miliar atau 60,2% dari total ekspor Indonesia untuk komoditas tersebut.
Dari 10 komoditas yang dianalisis NEXT Indonesia, Christiantoko menguraikan, yang terbesar diekspor ke Amerika memang komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), yakni senilai