5 Fakta Perang Dagang AS-China Makin Panas, Trump Gebuk dengan Tarif Impor 125%

1 day ago 2

5 Fakta Perang Dagang AS-China Makin Panas, Trump Gebuk dengan Tarif Impor 125%

Tensi Perang Dagang AS dengan China Memanas. (Foto: Okezone.com/Freepik)

JAKARTA - Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin panas. Hal ini terjadi setelah dua negara raksasa ekonomi ini saling serang tarif impor. 

Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan besaran tarif impor terhadap mitra dagang, salah satunya China. Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah Beijing tidak mengingkari janjinya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang AS pada Selasa, dengan menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.

China pun membalas kebijakan Trump tersebut. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa mereka menentang keras tarif tambahan sebesar 50% untuk impor China, dan menyebutnya sebagai kesalahan. Kementerian tersebut berjanji untuk meningkatkan tindakan balasannya terhadap ekspor AS.

"Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China. Kami akan terus mengambil tindakan tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing. 

Okezone pun merangkum fakta-fakta menarik dimulainya Perang Dagang AS-China yang saling serang tarif impor: 

1. Trump Serang China

Donald Trump dalam media sosialnya X mengancam bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap China mulai 9 April 2025 jika China tidak menarik tambahan tarif sebesar 34 persen paling lambat Selasa (8/4).

Trump juga mengatakan semua pembicaraan dengan China akan dihentikan sementara negosiasi dengan negara lain akan segera dimulai.

Bila hal tersebut benar-benar dilakukan oleh Trump, artinya barang-barang asal China akan dikenakan tarif impor sangat tinggi yaitu 104 persen.

2. China Melawan

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menilai, penyalahgunaan tarif oleh AS sangat melanggar hak dan kepentingan sah negara lain, melanggar aturan WTO, merusak sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dan berdampak pada stabilitas tatanan ekonomi global.

"Ini adalah langkah khas unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi, yang ditentang luas oleh masyarakat internasional. China prihatin dan menolaknya," tegas Lin Jian.

Masyarakat China, ungkap Lin Jian, bukanlah pembuat masalah, tetapi tidak akan gentar saat masalah menghampiri.

"Intimidasi, ancaman, dan tekanan bukanlah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan China. Jika AS memutuskan untuk hanya peduli dengan kepentingan AS sendiri, China, dan seluruh dunia, bertekad untuk melawan tarif dan perang dagang, respons China akan terus berlanjut sampai akhir," kata Lin Jian.

3. Tidak Ada Perundingan AS-China

Terkait dengan apakah China dan AS akan melakukan perundingan dagang, Lin Jian menyebut, bila dilihat dari tindakannya, AS tampaknya tidak serius untuk berunding saat ini.

"Jika AS benar-benar ingin berunding, AS harus menunjukkan kepada dunia bahwa mereka siap memperlakukan pihak lain dengan setara, hormat dan saling menguntungkan," ungkap Lin Jian.

Sedangkan Kementerian Perdagangan China juga mengatakan bila jika AS terus melanjutkan penerapan langkah-langkah kenaikan tarif, China akan mengambil tindakan balasan yang tegas.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |