Peninggalan Kerajaan Mataram. Foto: Wikipedia.
JAKARTA - Dua kerajaan Islam besar di Pulau Jawa yakni Mataram dan Banten berperang. Peperangan ini terjadi saat Mataram diperintahkan oleh Sultan Amangkurat I, sebagai raja nenggantikan ayahnya Sultan Agung. Serangan diinisiasi oleh Mataram karena sang sultan punya alasan kuat.
Menurut Sultan Mataram, ia tak tahan lagi melihat kesombongan orang Banten. Bahkan konon Sultan Amangkurat I juga merasa tersinggung dengan pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram. Saat itu dikisahkan Banten membunuh rakyatnya di wilayahnya sendiri.
Tetapi atas nasehat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu. Menurut Tumenggung Pati, tidak mungkin dapat diserang Banten, tanpa persetujuan Batavia.
Di sisi lain, sebagaimana dikutip dari H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", penguasa Mataram berhasrat agar Banten bisa tunduk ke Mataram, dan jadi wilayah bawahannya. Hal ini ternyata jelas terjadi ketika Kepala Daerah Semarang menyita dua perahu Banten.
Kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras. Mereka menyampaikan pesan kepada Sultan Mataram bahwa kalau ia tidak cepat-cepat datang untuk memberi sembah kepada Sunan, maka bentengnya akan dihancurkan. Sultan sudah tentu tidak datang.