5.000 Pasukan Kediri Tewas dalam Serangan Mendadak Tartar dan Raden Wijayaamp;nbsp;

4 days ago 5

Tentara Tartar dan Raden Wijaya bekerjasama menyerang Kerajaan Kediri di bawah Jayakatwang. Serangan ini merupakan serangan balas dendam Raden Wijaya, usai Jayakatwang menyerang Singasari, dan menewaskan dua mertuanya yang menjabat Raja Singasari terakhir.

Memang pasca penaklukkan Kerajaan Singasari di masa Kertanagara, Jayakatwang berhasil menguasai wilayah Singasari dan berpusat. Tapi Jayakatwang atas saran Arya Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Dyah Wijaya yang menyerahkan diri. 

Oleh Jayakatwang, Dyah Wijaya kemudian diberi Hutan Tarik untuk dibuka menjadi kawasan wisata perburuan, yang dikelola oleh Raden Wijaya. Tapi akhirnya lambat laun Arya Wiraraja berbalik melawan Jayakatwang.

Dikutip dari buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa : Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita", Arya Wiraraja pun bersekutu dengan Dyah Wijaya untuk merebut kembali tahta kekuasaan Singhasari yang merupakan peninggalan Kertanagara mertuanya dari cengkeraman Jayakatwang.

Pada tahun 1293, pasukan Tartar (Mongol) di bawah komando Shih Pi, Ike Mese, Kau Hsing datang untuk menghukum Kertanagara yang telah berani menyakiti Mengchi (utusan Kubilai Khan) pada tahun 1289. Pasukan Tartar tersebut diterima Raden Wijaya di Majapahit. Dyah Wijaya yang mengaku sebagai ahli waris Kertanagara bersedia menyerahkan diri kepada Kubilai Khan asalkan pasukan Tartar itu terlebih dahulu membantunya untuk menaklukkan Jayakatwang.

Berita Cina menyebutkan perang antara pasukan gabungan Tartar dan Majapahit melawan pasukan Kadiri itu terjadi pada tanggal 20 Maret 1293. Dalam perang tersebut, sekitar 5.000 prajurit Kadiri tewas menjadi korban. Akhirnya, Jayakatwang menyerah dan ditawan di atas kapal pasukan Tartar.

Sesudah menundukkan Kadiri, pasukan Tartar diserang oleh pasukan Majapahit dan diusir keluar dari tanah Jawa. Sebelum meninggalkan Jawa, pasukan Tartar tersebut sempat menghukum mati Jayakatwang dan Ardharaja di atas kapal mereka.

Akan tetapi menurut Serat Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama, Jayakatwang yang menyerah itu ditawan di benteng pertahanan Tartar di Hujung Galuh. Serat Pararaton dan Kidung Harsawijaya pula mengisahkan bahwa Jayakatwang meninggal di dalam penjara Hujung Galuh setelah menyelesaikan karya sastra berjudul Kidung Wukir Polaman.
 

(Khafid Mardiyansyah)

Read Entire Article
Desa Alam | | | |