Bertemu Menbud, DPR Setujui Penulisanamp;nbsp;Buku Sejarah Dilanjutkan

2 weeks ago 13

Bertemu Menbud, DPR Setujui Penulisan Buku Sejarah Dilanjutkan

Menbud Fadli Zon hadiri raker dengan Komisi X DPR RI, bahas pelaksanaan penulisan ulang sejarah Indonesia. (Foto: dok Kemenbud)

JAKARTA - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, Senin (26/5/2025). Rapat yang berlangsung di Ruang Rapat Komisi X DPR RI Gedung Nusantara I tersebut diselenggarakan untuk membahas pelaksanaan penulisan ulang sejarah Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan RI.  

Hadir dalam rapat Ketua beserta 34 Anggota Komisi X DPR RI dan 8 Fraksi dengan mayoritas menyetujui dilanjutkannya penulisan buku sejarah tersebut.

Turut serta pula dalam Raker ini Wakil Menteri Kebudayaan, Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Direktur Sejarah dan Permuseuman, segenap Staf Ahli dan Staf Khusus Menteri Kebudayaan, serta Tim Editor Umum Buku Sejarah Indonesia. 

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, dalam pembukaan rapat menyampaikan bahwa Kemenbud perlu didengarkan bagaimana penulisan ini dilakukan, siapa saja yang dilibatkan, dan rekan-rekan Kemenbud bisa menjelaskan beberapa hal terkait penulisan sejarah Indonesia ulang tersebut. 

"Urgensi penulisan sejarah 2025, antara lain menghapus bias kolonial dan menegaskan perspektif Indonesia-Sentris, menjawab tantangan kekinian dan globalisasi, membentuk identitas nasional yang kuat, menegaskan otonomi sejarah atau sejarah otonom, relevansi untuk generasi muda, dan reinventing Indonesian identity, atau menemukan kembali jati diri Indonesia," kata Menbud.

Menbud juga menyampaikan bahwa masih ada narasi sejarah yang dipelajari saat ini, yang belum sepenuhnya membebaskan diri dari perspektif kolonial, kurang menjawab tantangan kekinian dan globalisasi sehingga sering dipandang kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat modern terutama generasi muda.

Menurutnya, penulisan kembali sejarah Indonesia saat ini bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |