Daya Saing Industri RI Turun, Biaya Logistik Jadi Biang Kerok (Foto: Shutterstock)
JAKARTA - Daya saing industri di Indonesia mengalami penurunan setidaknya pada 4 bulan pertama di tahun 2025. Hal ini tercermin dari dua indikator utama, yaitu Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dan survey Indeks Kepercayaan Industri (IKI).
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan PMI Manufaktur Indonesia turun tajam ke level 46,7 pada April 2025, dari 52,4 pada Maret sebelumnya. Sementara itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kementerian Perindustrian juga menurun dari 52,98 (Maret) menjadi 51,90 (April).
"Perlambatan ini terjadi di tengah melemahnya daya beli, dimana konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89%, terendah dalam lima kuartal terakhir, meskipun mencakup periode Ramadhan yang biasanya mendorong belanja masyarakat," ujarnya di Jakarta, dikutip Rabu (14/5/2025).
1. Daya Saing Industri
Lebih lanjut, Shinta mengatakan Apindo mengidentifikasi empat tantangan utama yang menghambat daya saing industri, yakni regulasi yang belum mendukung efisiensi produksi, biaya logistik tinggi, bahkan sekitar 23% dari PDB.
Faktor lainnya yang membuat daya saing industri turun adalah ketidakpastian hukum di lapangan, serta rendahnya produktivitas tenaga kerja yang didominasi oleh lulusan pendidikan dasar.
Shinta menegaskan pentingnya konsistensi arah kebijakan dan percepatan reformasi struktural untuk menjaga daya saing, ketahanan industri, dan keberlanjutan pertumbuhan. Sebab saat ini masih terdapat tekanan eksternal yang masih tinggi serta tantangan domestik yang kompleks.