Ilustrasi Kerajaan Majapahit (Foto: Wikipedia)
KERAJAAN Majapahit menjalin hubungan dengan negara-negara di Semenanjung Asia cukup erat. Bahkan, pada Kakawin Nagarakretagama Pupuh 15/1 dicatat beberapa negara seperti Syangka, Ayudhapura, Dharmaanagari, Marutama, Rajapura, Campa, Kamboja, dan Yawana, memiliki hubungan persahabatan dengan Majapahit.
Daftar nama itu hampir serupa dengan nama-nama yang disebut dalam Nagarakretagama 83/4, di mana kala itu tamu-tamu siang berkunjung ke Majapahit, terutama para pedagang dan para pendeta. Banyak di antara para pendeta asing yang menetap di Majapahit berkat pelayanan yang baik.
Mereka itu adalah penyebar kebudayaan India. Berkat usaha pendeta asing, Hinduisme di Majapahit bertambah kuat. Mungkin sekali hubungan persahabatan itu terutama didasarkan atas kunjungan para pedagang dan pendeta, bukan karena adanya perwakilan asing timbal-balik di negara-negara yang bersangkutan seperti pada zaman sekarang.
Sejarawan Prof. Slamet Muljana pada bukunya "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" menggambarkan tali persahabatan itu dimaksudkan sebagai usaha untuk menghindarkan serbuan tentara asing di daerah bawahan Majapahit di seberang lautan, terutama di Semenanjung Tanah Melayu.
Oleh karena negara-negara tetangga itu kebanyakan berbatasan atau berdekatan dengan daerah bawahan tersebut. Lagi pula sebagian besar negara-negara tetangga itu menganut agama Hindu atau Budha seperti Majapahit.
Hubungan antara Syangka (Sri Langka) dan Majapahit mungkin telah dimulai sejak pemerintahan Jayanagara, karena dalam piagam Sidateka, 1323, Raja Jayanagara menggunakan nama abhiseka Sri Sundarapandya Adiswara, sedangkan unsur Pandya mengingatkan dinasti Pandya di Sri Langka.