PANGKEP SULSEL - Pembangunan desa yang berkelanjutan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi daerah-daerah di Indonesia. Salah satu konsep yang terbukti sukses dalam meningkatkan ekonomi desa adalah One Village One Product (OVOP). Konsep ini menekankan bahwa setiap desa memiliki satu produk unggulan yang dikembangkan secara maksimal, baik dari segi kualitas, produksi, hingga pemasarannya. Dengan fokus pada satu produk tertentu, desa dapat menciptakan identitas ekonomi yang kuat dan berdaya saing tinggi.
Konsep OVOP bukanlah hal baru. Jepang telah sukses menerapkannya sejak tahun 1979 di Prefektur Oita, di mana setiap daerah mengembangkan produk khas mereka seperti makanan, kerajinan tangan, atau produk pertanian. Di Indonesia, konsep ini bisa menjadi solusi untuk mengangkat potensi desa agar lebih dikenal di pasar nasional bahkan internasional. Misalnya, desa yang memiliki lahan pertanian subur bisa fokus pada produksi kacang tanah atau sayur-mayur, sementara desa di wilayah pesisir bisa mengembangkan pengolahan hasil perikanan seperti abon ikan atau kerupuk ikan.
Keunggulan sistem OVOP adalah kemampuannya untuk mendorong ekonomi berbasis komunitas. Masyarakat desa tidak hanya menjadi produsen, tetapi juga pelaku utama dalam rantai ekonomi. Mereka bisa berperan dalam berbagai aspek, mulai dari produksi, pengolahan, hingga pemasaran. Dengan demikian, pendapatan desa meningkat, sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Namun, keberhasilan sistem OVOP sangat bergantung pada dukungan infrastruktur dan teknologi. Digitalisasi harus menjadi bagian dari strategi pemasaran agar produk unggulan desa dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Pemanfaatan e-commerce, media sosial, dan platform marketplace lokal sangat penting agar produk-produk desa tidak hanya dikenal di pasar lokal, tetapi juga menembus pasar nasional bahkan global.
Selain itu, OVOP juga harus didukung oleh kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pelaku usaha desa. Bantuan berupa pelatihan, akses permodalan, serta fasilitas produksi yang memadai akan mempercepat pertumbuhan ekonomi desa. Program pinjaman lunak bagi UMKM bisa menjadi solusi untuk membantu pelaku usaha desa meningkatkan kapasitas produksi mereka tanpa terbebani bunga yang tinggi.
Ekonomi desa yang kuat juga harus diimbangi dengan pembangunan sektor lain seperti pariwisata dan ekowisata. Desa yang memiliki potensi wisata bisa menggabungkan sistem OVOP dengan pengembangan sektor pariwisata, sehingga wisatawan yang datang tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga membeli produk khas desa tersebut. Hal ini akan semakin memperkuat branding desa dan memperluas peluang ekonomi masyarakat.
Tantangan terbesar dalam penerapan sistem OVOP adalah konsistensi dan inovasi. Desa harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan terus meningkatkan kualitas produknya. Tanpa inovasi, produk unggulan desa akan sulit bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk memberikan pendampingan dan inovasi teknologi bagi desa-desa yang ingin berkembang.
Dengan penerapan konsep One Village One Product secara serius dan berkelanjutan, desa-desa di Indonesia dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tidak lagi bergantung pada kota-kota besar. Setiap desa memiliki keunikan dan potensinya sendiri, tinggal bagaimana mengelolanya secara optimal agar memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Jika seluruh pihak bersinergi dalam menerapkan sistem OVOP, maka desa tidak hanya akan maju secara ekonomi, tetapi juga menjadi mandiri dan berdaya saing tinggi. Inilah saatnya membangun desa dengan potensi lokal sebagai kekuatan utama, sehingga masyarakat desa bisa menikmati kesejahteraan tanpa harus meninggalkan kampung halamannya.
Pangkep 27 Februari 2025
Penulis: Herman Djide, Ketua DPD Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkep Provinsi Sulsel