Suzuki XL7 hybrid
JAKARTA - Penjualan mobil listrik pada tiga bulan awal tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan mobil hybrid. Terlihat pada data wholesales yang dirilis Gaikindo tercatat distribusi mobil listrik pada kuartal pertama tahun ini mencapai 16.535 unit, sementara mobil hybrid sebesar 13.957 unit.
Suzuki sebagai salah satu pemain mobil hybrid di Indonesia membongkar alasan penjualan mobil hybrid kalah dari BEV. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi pasar otomotif Tanah Air.
1. Banyak Brand Mobil Listrik
Deputy Managing Director of 4W Sales & Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Donny Saputra mengatakan, salah satu penyebabnya yakni jumlah pabrikan mobil yang bermain di segmen HEV tidak sebanding dengan jumlah merek BEV di Indonesia.
"Ini akan jauh berbeda kalau dibandingkan dengan model yang ditawarkan di BEV. Dengan jumlah merek dan model yang masuk, serta jumlah varian yang ada, tentunya ini akan berkontribusi terhadap kuantitas yang ada di market," ujar Donny saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, belum lama ini.
2. Insentif Lebih Besar
Diketahui, insentif yang diberikan untuk mobil hybrid juga tidak sebesar mobil listrik. Hal ini menyebabkan harga mobil hybrid masih cukup tinggi. Selain itu, hanya mobil hybrid yang diproduksi secara lokal dan memenuhi LCEV (Low Cost Emission Vehicle).
"Nah, kalau kondisi dan regulasi, saat ini regulasi untuk hybrid dan BEV kan memang sudah ada disparitas. Lalu, jumlah model yang ditawarkan antara BEV dan hybrid ini kan juga ada disparitas," kata Donny.