Sri Sultan HB X Ingatkan Kemandirian dan Inovasi: Urip Iku Urup

6 hours ago 4

 <i>Urip Iku Urup</i>

Sri Sultan HB X Ingatkan Kemandirian dan Inovasi: {Urip Iku Urup} (Foto : Sindonews)

YOGYAKARTA - Salah satu tantangan nyata dalam menghadapi dinamika global adalah kebijakan proteksionis yang diluncurkan oleh Presiden AS Donald Trump, berupa perang tarif terhadap berbagai negara termasuk Indonesia. Kebijakan tersebut menjadi simbol dari ketatnya kompetisi dagang internasional, sekaligus peringatan bahwa kemandirian dan inovasi adalah senjata utama bangsa.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat membuka seminar bisnis bertajuk Gebyar Spirit Wirausaha Gemilang (GSWG) 2025 digelar oleh Asosiasi G-Coach Indonesia (AGCI) berkolaborasi dengan Nusantara Gilang Gemilang (NGG) dan Grounded Business Coaching (GBC) di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sabtu 26 April 2025.

Dalam sambutan Gubernur yang dibacakan Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Pemerintahan Provinsi DIY, Eling Pristiwanto, Sri Sultan menggarisbawahi bahwa wirausaha Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton, apalagi korban. 

"Kita harus menjadi aktor utama yang adaptif, berdaya tahan, dan berdaya saing tinggi. Spirit inilah yang ingin saya tekankan bahwa entrepreneur masa kini harus melek terhadap isu global, tangguh menghadapi ketidakpastian, serta memiliki kapasitas resilient dan transformative thinking,” ujar Sri Sultan seperti dikutip, Selasa (29/4/2025).

 Istimewa)

Menjadi wirausaha, sambungnya, bukan sekadar berdagang. Dalam kearifan lokal Jawa ada prinsip urip iku urup, hidup harus memberi manfaat. "Wirausaha yang sejati adalah mereka yang hadir tidak hanya untuk memperoleh keuntungan namun juga untuk menebar kemaslahatan, memberdayakan, dan menyuburkan semangat gotong royong," ujar Sri Sultan.

GSWG 2025 diikuti lebih dari 400 peserta pengusaha dari skala kecil dan menengah dari berbagai kota di Indonesia.

Founder GBC Grand Master Coach Dr. Fahmi menyampaikan, dibutuhkan radikal optimisme dan menguatkan jaringan antar pemerintah dan stakeholder dalam membangun kekuatan ekonomi. Sektor yang mengalami kelesuan saat ini, dirasakan pada sektor pariwisata, kuliner, fashion karena daya beli turun. 

“Guncangan global, nasional, tekanan efisiensi, pengetatan target pajak, defisit APBN, hutang jatuh tempo, harus direspon oleh UMKM dan pengusaha pada umumnya dengan berbagai macam cara, tapi kata kuncinya adalah kemampuan untuk beradaptasi," kata Fahmi. 

Read Entire Article
Desa Alam | | | |