Suami Najwa Shihab Meninggal Akibat Stroke, Ini Gejala dan Pencegahannya

4 hours ago 4

Suami Najwa Shihab Meninggal Akibat <i>Stroke</i>, Ini Gejala dan Pencegahannya

Suami Najwa Shihab meninggal dunia. (Foto: Dok Najwa Shihab)

JAKARTA - Suami Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Assegaf meninggal dunia hari ini, Selasa (20/5/2025). Sebelum mengembuskan napas terakhir, Ibrahim sempat dilarikan ke RS Pusat Otak Nasional Jakarta karena mengalami pendarahan otak pasca-stroke. 

Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Narasi Tv, media yang dirintis oleh Najwa Shihab dan Ibrahim Sjarif Assegaf sebagai komisaris utamanya.

"Telah berpulang Ibrahim Sjarief bin Husein Ibrahim Assegaf, selalu Komisaris Utama Narasi dan suami dari pendiri Narasi, Najwa Shihab," tulis akun resmi Narasi di X. 

Dikutip dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stroke merupakan salah satu kondisi medis yang paling serius dan memerlukan penanganan cepat. WHO juga menyebut stroke sebagai penyebab kematian kedua secara global dan salah satu penyebab utama disabilitas jangka panjang. 

Di Indonesia sendiri, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stroke mencapai 10,9 per mil, dan cenderung meningkat setiap tahunnya.

Najwa SHihab

Secara medis, stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu atau berkurang secara signifikan, yang menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam hitungan menit, sel-sel otak mulai mati.

Terdapat dua jenis utama stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik, yang merupakan tipe paling umum, disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, biasanya karena gumpalan darah atau plak aterosklerosis.

Sementara itu, stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, yang dapat disebabkan oleh tekanan darah tinggi, aneurisma, atau kelainan pembuluh darah lainnya.

Gejala stroke dapat muncul secara tiba-tiba dan bervariasi tergantung bagian otak yang terkena. Beberapa tanda umum meliputi kelemahan atau mati rasa mendadak pada wajah, lengan, atau kaki (terutama pada satu sisi tubuh), kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, gangguan penglihatan, pusing, kehilangan keseimbangan, hingga sakit kepala hebat tanpa sebab yang jelas. 

Penting untuk mengenali gejala ini sedini mungkin, karena kecepatan penanganan medis dapat menentukan seberapa besar kerusakan otak dan peluang pemulihan pasien.

Faktor risiko stroke terbagi menjadi dua kategori: yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak bisa diubah meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. 

Namun, sebagian besar kasus stroke berhubungan dengan faktor risiko yang sebenarnya bisa dikendalikan, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, diabetes, merokok, konsumsi alkohol berlebih, gaya hidup sedentari, dan pola makan yang tidak sehat. Dengan mengelola faktor-faktor ini, risiko stroke dapat dikurangi secara signifikan.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Follow

Berita Terkait

Telusuri berita health lainnya

Read Entire Article
Desa Alam | | | |