Amanda Caesa (Foto: Instagram)
JAKARTA - Saat ini industri musik Indonesia sedang dihadapkan pada polemik hak cipta dan royalti yang kian memanas dan rumit. Di tengah hiruk-pikuk ini, penyanyi muda Amanda Caesa justru memilih untuk fokus berkarya, menjadikan musik sebagai penyelamat jiwanya dan bukti bahwa kreativitas bisa mengatasi kekacauan industri.
Amanda Caesa, putri komedian legendaris Parto Patrio, bukanlah nama baru di dunia hiburan. Amanda mulai melangkah ke panggung musik pada 2019 dengan single debut “Even If You Aren’t There For Me”.
Lagu pop reggae yang ditulisnya sendiri ini sukses meraup lebih dari 2 juta views di YouTube, menandai awal kariernya yang menjanjikan. Ia terus konsisten dengan merilis “Half a Soul” (2020), “Why Can’t We” yang berkolaborasi dengan Calvin Jeremy dan Myia Thornton pada 2021, “Mengapa Patah Hati” (2021), “Lain Hari” (2021), “Pacar Atau Teman” (2021) hingga “Don’t Play” pada akhir 2023, yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya tentang rasa insecure dalam hubungan.
Bagi Amanda, musik bukan sekadar profesi, melainkan juga penyelamat yang menjadi tempatnya untuk mencurahkan kegundahan agar tidak "gila" menghadapi realita kehidupan. Di tengah kisruh royalti dan hak cipta, Amanda memilih untuk tidak ambil pusing.
"Aku fokus ke self-release, membuat karya yang benar-benar mewakili perasaanku," ujarnya.
Baginya, musik adalah pelarian sekaligus solusi untuk menjaga kewarasannya di tengah tekanan, baik dari industri maupun ekspektasi publik sebagai anak selebriti.
Selain musik, Amanda juga konsisten dengan pendidikannya di bidang desain grafis. Ia lulus sebagai Bachelor of Arts dari University of the West England di Bristol pada Juli 2023.
"Sebagai mahasiswa desain grafis, aku terlatih untuk menciptakan karya dan memberikan solusi lewat media visual," kata Amanda.