Clarisa Adiana
, Jurnalis-Jum'at, 04 Juli 2025 |05:15 WIB
Ternyata Ini Arti Aura Farming yang Bikin Tarian Jalur Pacu Viral di Media sosial (Foto: Instagram)
TERNYATA ini arti aura farming yang bikin tarian pacu jalur viral di media sosial. Belakangan ini, tren bernama Aura Farming tengah ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di platform TikTok.
Tren yang sedang viral ini tidak hanya menyajikan hiburan visual, tetapi juga memperkenalkan budaya lokal Indonesia ke kancah internasional.
Apa Itu Aura Farming yang Sedang Viral?
Aura Farming merupakan istilah kekinian yang populer di antara Generasi Z dan Generasi Alpha. Mengutip laman Along Walker, Jumat (4/7/2025), istilah ini merujuk pada upaya seseorang untuk menampilkan pesona, kepercayaan diri tinggi, serta kesan karismatik layaknya tokoh utama dalam sebuah cerita.
Tren ini mulai viral setelah muncul video TikTok yang menampilkan aksi anak-anak pendayung dari tradisi Pacu Jalur, lomba perahu tradisional asal Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Salah satu yang mencuri perhatian adalah bocah kecil yang berdiri di ujung perahu sambil menari lincah dengan gerakan khas seperti memutar tangan dan menggoyangkan tubuh. Bocah ini dikenal sebagai Tukang Tari atau Anak Coki, sosok penting yang membantu menjaga keseimbangan perahu saat lomba.
Video yang diiringi lagu “Young Black & Rich” dari Melly Mike ini sukses memikat perhatian pengguna TikTok dari berbagai belahan dunia karena memancarkan aura kuat dan percaya diri yang luar biasa dari sang penari cilik.
Asal-usul Tradisi Pacu Jalur
Pacu Jalur merupakan tradisi perlombaan mendayung yang telah mengakar kuat di masyarakat Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini konon sudah ada sejak abad ke-17 dan berawal dari penggunaan perahu panjang (jalur) sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu.
Awalnya dibuat dari batang kayu utuh, jalur bisa mengangkut hingga 60 penumpang. Seiring waktu, jalur dihias dengan ornamen indah dan menjadi simbol status sosial, terutama bagi kalangan bangsawan dan tokoh adat.
Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur dijadikan bagian dari perayaan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina yang jatuh pada 31 Agustus. Sejak saat itu, tradisi ini berkembang menjadi lomba tahunan antar-desa yang berlangsung selama dua hingga tiga hari.