Ilustrasi.
BEIJING – Polisi di China telah menahan puluhan penulis wanita muda yang merupakan kreator genre erotika gay yang dikenal di Asia sebagai "boys love". Langkah ini merupakan bagian dari tindakan keras Beijing terhadap pornografi daring, kata pengacara dan aktivis yang mengetahui kasus tersebut.
Penahanan yang dilakukan sejak Maret tersebut telah memicu perdebatan di media sosial mengenai batasan kebebasan berbicara dan sifat seksis dari tindakan keras tersebut, sekaligus menggugah simpati bagi para penulis, yang banyak di antaranya berasal dari latar belakang berpenghasilan rendah.
"Saya hanya ingin mendapatkan sedikit uang untuk meringankan beban keuangan keluarga saya," tulis salah seorang penulis karya tersebut dalam sebuah unggahan pada tanggal 25 Mei di platform mikroblog Weibo sebelum dihapus.
"Saya tidak pernah membayangkan bahwa 300.000 klik dan 4.000 yuan royalti yang terkumpul dari kata-kata tak jelas itu selama ini akan menjadi bukti kriminal," tambahnya, merujuk pada jumlah yang setara dengan sekitar Rp9 jutaan.
Polisi menahan para wanita tersebut di kota Lanzhou di barat laut karena melanggar undang-undang kesusilaan tahun 2004 yang dapat mengakibatkan hukuman penjara lebih dari 10 tahun atau seumur hidup, meskipun para ahli hukum menginginkan undang-undang tersebut dirombak untuk mencerminkan perubahan dalam penggunaan internet.
Para penulis, yang semuanya berusia 20-an dan awal 30-an, menerbitkan karya mereka di Haitang Literature City, sebuah platform daring bayar-untuk-baca khusus yang mengkhususkan diri dalam genre fiksi erotis, populer di kalangan wanita, yang menampilkan hubungan sesama pria.
Situs web ini disensor di China dan hanya dapat diakses dengan menggunakan perangkat lunak jaringan privat virtual (VPN).
Seorang penulis yang ditahan pada April memperoleh royalti kurang dari 10.000 yuan (sekira Rp22 juta) yang menambah pendapatannya dari serangkaian pekerjaan kasar, kata pengacara pembelanya, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena takut akan pembalasan polisi.