BSU sebagai stimulus untuk menjaga konsumsi rumah tangga di tengah tantangan ekonomi global. (Foto: dok Okezone)
JAKARTA - Kebijakan pemerintah dalam menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi pekerja bergaji rendah dan guru honorer mendapat tanggapan positif. Langkah ini dianggap relevan dan strategis dalam menjaga konsumsi rumah tangga yang merupakan motor penggerak utama ekonomi nasional.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menilai bahwa BSU adalah stimulus yang tepat untuk menopang konsumsi masyarakat.
"Dalam konteks tantangan global seperti konflik geopolitik, inflasi tinggi, serta pelemahan daya beli masyarakat, bantuan ini merupakan stimulus tepat untuk menjaga konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama ekonomi nasional," ucap Josua kepada MNC Portal, Minggu (15/6/2025).
Pemerintah mengambil inisiatif ini sebagai respons terhadap berbagai guncangan global, mulai dari perang yang berlarut-larut hingga ketegangan hubungan dagang AS-China dan pengetatan kebijakan moneter.
Pada 2 Juni 2025, pemerintah mengumumkan lima paket stimulus, termasuk BSU, yang dirancang khusus untuk mempertahankan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah yang paling merasakan dampak gejolak harga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan persnya pada 2 Juni 2025, merinci bahwa BSU akan diberikan kepada 17,3 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta atau di bawah upah minimum regional, serta 565.000 guru honorer (yang terbagi di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Agama).
Bantuan sebesar Rp300.000 per bulan akan disalurkan selama dua bulan (Juni-Juli), dengan total anggaran APBN mencapai Rp10,72 triliun, melalui BPJS Ketenagakerjaan.