Presiden AS Donald Trump memaparkan program Golden Dome di Gedung Putih. (Foto: X/@WhiteHouse)
WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth telah memaparkan rencana mereka untuk program pertahanan rudal “Golden Dome” atau “Kubah Emas”. Dari pemaparan itu, diketahui bahwa program Golden Dome akan mencakup penempatan senjata di luar angkasa untuk pertama kalinya.
Berbicara dari Gedung Putih pada Selasa, (20/5/2025) Trump mengatakan bahwa ia telah “secara resmi memilih arsitektur” untuk sistem tersebut, yang dirancang untuk menjatuhkan “rudal hipersonik, rudal balistik, dan rudal jelajah canggih”.
"Saya berjanji kepada rakyat Amerika bahwa saya akan membangun perisai pertahanan rudal canggih untuk melindungi tanah air kita dari ancaman serangan rudal asing," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Sistem Golden Dome, tambahnya, akan mencakup "sensor dan pencegat berbasis ruang angkasa".
"Setelah sepenuhnya dibangun, Golden Dome akan mampu mencegat rudal bahkan jika diluncurkan dari belahan dunia lain dan bahkan jika diluncurkan dari ruang angkasa," lanjut Trump. "Kita akan memiliki sistem terbaik yang pernah dibangun."
Pengumuman itu muncul kurang dari empat bulan setelah Trump menandatangani perintah eksekutif yang memulai pengembangan program tersebut. Jenderal Michael Guetlein - yang saat ini menjabat sebagai wakil kepala operasi ruang angkasa di Space Force, cabang militer AS - dijadwalkan untuk mengelola program tersebut.
Berbicara di acara tersebut, Hegseth memuji rencana tersebut sebagai “pengubah permainan” dan “investasi generasi dalam keamanan Amerika dan warga Amerika”.
Gedung Putih tidak segera merilis rincian lebih lanjut tentang sistem pertahanan rudal tersebut, dan Pentagon dilaporkan masih menyusun kemampuan dan persyaratannya.
Diperkirakan Telan USD542 Miliar
Congressional Budget Office memperkirakan awal bulan ini bahwa komponen Golden Dome yang berbasis di luar angkasa saja dapat menghabiskan biaya hingga USD542 miliar selama 20 tahun ke depan.
Disebutkan bahwa sejumlah besar sensor dan pencegat akan dibutuhkan agar sistem berbasis luar angkasa tersebut efektif, terutama karena militer asing seperti Korea Utara semakin canggih.