Ilustrasi.
JAKARTA - Gelombang baru kekerasan sektarian telah meningkat di dekat ibu kota Suriah menyusul bentrokan yang pecah antara orang-orang bersenjata dari minoritas agama Druze dengan pasukan yang berafiliasi dengan pemerintah. Bentrokan pecah diduga setelah setelah dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan setidaknya 30 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi di beberapa kota di provinsi Rif Dimashq. Pertempuran dimulai Selasa, (29/4/2025) di Jaramana dan meningkat pada Rabu, (30/4/2025) di Ashrafiyat Sahnaya.
Dugaan Penghinaan Nabi Muhammad
Ketegangan dipicu oleh rekaman audio yang diduga menampilkan seorang ulama Druze yang menghina Nabi Muhammad, memicu kemarahan di kalangan Muslim Sunni dan kekerasan di daerah yang dihuni penduduk Druze. Sebelumnya pada Maret, ratusan anggota minoritas Alawite tewas dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah, kata kelompok hak asasi manusia.
Druze berasal dari Mesir pada abad ke-11 sebagai cabang Islam Syiah Isma'ili tetapi kemudian berkembang menjadi agama yang berbeda.
Meskipun mereka memiliki prinsip monoteistik yang sama dengan Islam, mereka tidak menjalankan praktik ritual seperti sholat harian atau puasa. Mereka tinggal di Suriah selatan, Lebanon, Israel, dan Dataran Tinggi Golan, yang direbut Israel selama perang 1967.
Ulama Druze Marwan Kiwan yang menjadi sorotan karena ucapannya dalam video tersebut membantah telah melakukan penghinaan.