
Studi Ungkap Mobil PHEV Tak Sepenuhnya Ramah Lingkungan (Carscoops)
JAKARTA - Mobil hybrid, terutama dengan teknologi PHEV (plug-in hybrid electric vehicle), menjadi idola baru. Kendaraan ini menawarkan efisiensi bahan bakar dan ramah lingkungan karena mesin hanya bekerja untuk mengisi daya baterai.
1. Kadar Emisi Karbondioksida Lebih Besar
Namun, riset terbaru menunjukkan, mobil hybrid tipe PHEV ternyata jauh dari kesan ramah lingkungan. Berdasarkan pemeriksaan, kadar emisi karbondioksida yang dihasilkan jauh lebih tinggi ketimbang klaim produsen.
Melansir Carscoops, Kamis (30/10/2025), riset tersebut dilakukan lembaga Transport & Environment (T&E) yang meneliti lebih dari 800.000 kendaraan. Hasilnya, rata-rata emisi PHEV dalam penggunaan sehari-hari di Eropa mencapai sekitar 139 g/km, padahal produsen mengklaim emisi yang dihasilkan hanya 28 g/km.
Berdasarkan laporan tersebut, sebagian besar pemilik PHEV jarang atau bahkan tidak pernah mengisi ulang baterai mobil mereka, yang dapat menjadikannya model listrik. Mereka mengandalkan mesin untuk mengisi daya baterai.
Kondisi ini diperparah jika terjadi akselerasi berat, medan menanjak, atau cuaca dingin. Itu karena sistem listrik langsung non-aktif dan mesin bensin mengambil alih lebih cepat dari yang diasumsikan dalam pengujian.
Dampaknya tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga finansial. Konsumen yang memilih PHEV dengan harapan bahan bakar lebih hemat dan jejak karbon minimal bisa saja berakhir dengan tagihan bahan bakar yang lebih tinggi.
T&E memperkirakan satu keluarga bisa saja membayar sekitar 500 euro atau setara Rp9,6 jutaan per tahun. Angka ini lebih banyak dibandingkan bila mobilnya benar-benar mencapai angka yang diklaim produsen.
Bagi regulator, temuan ini menjadi alarm bahwa PHEV mungkin tidak seefektif yang diperkirakan dalam misi untuk menurunkan emisi karbon. Bahkan, sejumlah produsen mobil disebut-sebut telah menghindar dari denda miliaran euro dengan memanfaatkan aturan PHEV yang cukup longgar.

















































