Transplantasi Sel Punca Jadi Harapan untuk Pasien Kanker Darah, Keterbatasan Donor Jadi Tantangan

5 hours ago 1

Transplantasi Sel Punca Jadi Harapan untuk Pasien Kanker Darah, Keterbatasan Donor Jadi Tantangan

Transplantasi sel punca. (Foto: Siloam Oncology Summit 2025)

JAKARTA - Transplantasi sel punca hematopoietik (Hematopoietic Stem Cell Transplantation/HSCT) kini menjadi salah satu harapan besar dalam pengobatan kanker darah. Transplantasi ini menggantikan sumsum tulang yang rusak akibat kanker atau kelainan darah dengan sel punca sehat

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam, dr. Nadia Ayu Mulansari, menjelaskan bahwa HSCT menjadi terapi andalan dalam penanganan kanker darah seperti leukemia, limfoma, mieloma multipel, hingga kelainan darah seperti anemia aplastik dan talasemia.

Hal itu disampaikan dr. Nadia dalam Siloam Oncology Summit ke-5 yang digelar MRCCC Siloam Hospitals Semanggi pada 16–18 Mei 2025 di Jakarta. Summit kali ini menghadirkan 100 pembicara, termasuk 11 pembicara internasional dan 24 dokter subspesialis onkologi dari dalam negeri.

Dalam pemaparannya, dr. Nadia menjelaskan ada dua jenis transplantasi yang umum dilakukan. Pertama Transplantasi Autologus menggunakan sel punca pasien sendiri. Biasanya dilakukan saat penyakit masih dapat dikendalikan. Kedua Transplantasi Alogenik menggunakan sel punca dari donor yang cocok secara genetik, baik dari keluarga atau pencarian donor internasional.

Namun, dr. Nadia mengingatkan bahwa prosedur ini tak bebas tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan donor karena hanya 25–30% pasien yang memiliki donor cocok dari keluarga. Selain itu, risiko efek samping seperti infeksi dan graft versus host disease (GVHD) cukup tinggi.

“Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjadi donor sangat krusial. Ini bisa menyelamatkan nyawa,” tegas dr. Nadia.

Masa Depan Transplantasi di Tengah Terapi Modern

Walau teknologi medis berkembang pesat, transplantasi sel punca masih memegang peran penting. Prof. William Hwang, Konsultan Senior Hemato-onkologi dari National Cancer Centre Singapore, menjelaskan bahwa terapi seperti CAR-T dan antibodi bispesifik memang menjanjikan, tapi belum bisa sepenuhnya menggantikan peran HSCT.

“Transplantasi tetap jadi terapi kuratif utama, terutama bagi pasien muda yang mengalami kekambuhan atau tidak merespons terapi standar,” ujar Prof. Hwang.

Ia menambahkan, terapi inovatif seperti CAR-T, di mana sel T pasien dimodifikasi untuk melawan kanker, dan antibodi bispesifik yang menghubungkan sel T dengan sel kanker, adalah pelengkap, bukan pengganti.

“Bayangkan CAR-T dan antibodi bispesifik sebagai pasukan khusus, dan transplantasi sebagai bala tentara utama,” kata Prof. Hwang.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |