Sukabumi — Hari ketiga pemasangan bronjong di Desa Cikahuripan bukan hanya tentang kawat baja dan batu-batu penahan arus. Di balik itu, ada tangan-tangan lembut yang bekerja tanpa lelah, para ibu yang setia di garis dapur, memastikan para pekerja tetap kuat dan hangat. Di antara mereka, sosok istri Kepala Desa Kang Midun hadir sejak pagi, mendampingi dengan cara yang paling tulus—menyediakan makanan dan minuman bagi para pekerja, dibantu ibu-ibu lainnya, Rabu 12/11/2025.
“Kami tidak bisa bantu angkat batu terlalu banyak atau lama, tapi kami bisa bantu jaga semangat mereka. Masak nasi, siapkan teh, air menieral, beri senyum. Itu yang kami bisa, semua ibu ibu di sini terlibat dengan peranya masing-masing untuk desa kami ini, ” ujar istri Kang Midun dengan mata berkaca-kaca.
Di dapur darurat rumahnya. Aroma sayur hangat dan sambal serta ikan asin menyatu dengan suara gemuruh sungai. Para ibu bergantian menyendok nasi, membungkus lauk, dan menyapa para pekerja dengan doa yang tak terdengar, tapi terasa.
“Kami tahu ini bukan pekerjaan ringan. Tapi kalau kami bisa membuat mereka merasa dihargai, itu sudah cukup. Kami ingin mereka tahu, kami ada di sini, ” tutur salah satu ibu-ibu yang ikut membantu.
Pemasangan bronjong ini adalah upaya nyata untuk melindungi warga dari ancaman banjir. Tapi bagi para ibu, ini juga tentang menjaga harapan. Mereka menyaksikan rumah-rumah yang sempat terendam, anak-anak yang ketakutan, dan malam-malam tanpa tidur. Kini, mereka menyaksikan batu demi batu ditata, dan mereka percaya: ini bukan sekadar solusi, ini doa yang dijawab.
“Setiap kali kami bungkus nasi, kami selipkan harapan. Semoga bronjong ini kuat, semoga desa kami aman, semoga anak-anak bisa tidur nyenyak, ” ucap warga lainnya sambil membagikan air minum.
Suara mereka hidup di hati para pekerja. Di tengah deru alat berat dan lumpur yang mengering, cinta dan gotong royong para ibu menjadi fondasi yang tak terlihat, tapi paling kokoh.

1 week ago
8















































