Pembalap Tim Ducati Lenovo, Marc Marquez. (Foto: Instagram/marcmarquez93)
MOTEGI – Gelar Juara Dunia MotoGP 2025 yang dikunci Marc Marquez di MotoGP Jepang 2025 terasa jauh lebih emosional dibandingkan enam gelar sebelumnya. Pembalap berusia 32 tahun ini mengaku tangis haru tak terbendung di balik helmnya sesaat sebelum melintasi garis finis, menandai berakhirnya penantian enam tahun yang penuh penderitaan.
Merayakan kembalinya ke takhta MotoGP di Motegi, Marquez dengan jujur mengakui itu adalah gelar yang begitu luar biasa. Sebab untuk pertama kalinya ia benar-benar harus berjuang keras untuk menjadi juara.
“Enam tahun lalu, saya tidak tahu apa itu penderitaan. Saya hanya merasakan kejayaan, sepanjang karier saya, sejak 2010,” ungkap Marquez, dikutip dari Crash, Minggu (28/9/2025).
Kariernya memang bak kisah dua sisi, Sejak debutnya di kelas 125cc pada 2010, Marquez telah menjadi juara dunia delapan kali dalam sepuluh musim, termasuk menjadi rookie termuda dan pertama sejak Kenny Roberts yang menjadi juara kelas premier pada musim debutnya. Namun, semua berubah setelah 2019.
1. Comeback Epik
Marc Marquez tidak pernah membayangkan nasib buruk yang menunggunya setelah musim 2019 yang tanpa ampun. Kecelakaan di Jerez pada 2020 berujung pada cedera lengan kanan yang parah, menuntut empat kali operasi bedah, beberapa patah tulang lanjutan, dan dua kali serangan gangguan penglihatan ganda (diplopia).

"Hari ini saya tidak bisa mengendalikan emosi. Di lap terakhir, saya menangis di dalam helm, sulit untuk melihat titik pengereman!" sambung Marquez.
“Memang benar saya pernah cedera, tapi selalu hanya sekitar 3 atau 4 bulan pemulihan, lalu menang lagi. Jadi, ketika Anda harus melalui empat tahun, dengan empat operasi berbeda pada lengan, ditambah patah tulang lain, dan mengalami double vision dua kali. Itu sangat sulit,” tambahnya.