Felldy Utama
, Jurnalis-Rabu, 18 Juni 2025 |10:32 WIB
Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana/Foto: sindonews
JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana menilai proyek penulisan sejarah yang tengah digagas sebaiknya dihentikan, jika bersifat selektif dan parsial. Terlebih mencuat pernyataan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon peristiwa pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998 hanya rumor.
Bonnie menilai pandangan subyektif itu tak bisa menafikan bahwa peristiwa memilukan dalam tragedi ‘98 tersebut tidak pernah terjadi. "Apa yang menurut Menteri Kebudayaan tidak ada, bukan berarti tak terjadi," kata Bonnie Triyana menanggapi polemik soal insiden pemerkosaan massal 1998, Rabu (18/6/2025).
Seperti diketahui, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengklaim peristiwa pemerkosaan massal pada tragedi kerusuhan Mei 1998 tidak ada buktinya. Cerita tentang peristiwa tersebut hanya berdasarkan rumor yang beredar.
Fadli Zon juga menyatakan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pernah 'membantah' dan 'tak bisa membuktikan' laporannya yang mengungkap kesaksian dan bukti bahwa para perempuan menjadi target perkosaan.
Bonnie menilai, Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan yang menggagas proyek penulisan ulang sejarah Indonesia mestinya tidak melanggengkan budaya penyangkalan atas tindak kekerasan. Apalagi kekerasan seksual pada kaum perempuan dalam kerusuhan rasial pada 1998.
"Kalau semangat menulis sejarah untuk mempersatukan, mengapa cara berpikirnya parsial dengan mempersoalkan istilah massal atau tidak dalam kekerasan seksual tersebut, padahal laporan TGPF jelas menyebutkan ada lebih dari 50 korban perkosaan," ujarnya.