5 Pentolan PKI yang Tewas Secara Tragis Usai G30S, Nomor 1 Jasadnya Diarak Massa dan Dibakar

4 hours ago 1

JAKARTA – Sejumlah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mendalangi Gerakan 30 September tahun 1965 mengalami kematian tragis. Mereka ditangkap di berbagai daerah usai peristiwa berdarah tersebut.

Okezone merangkum 5 tokoh PKI yang tewas secara mengenaskan, dilansir beragam sumber, Selasa (30/9/2025).

1. Muso

Muso merupakan tokoh PKI yang menimba ilmu langsung di Uni Soviet. Ia ditembak mati pada 31 Oktober 1948, pasca pemberontakan PKI di Madiun. Sekitar 12 hari setelah Madiun dikuasai PKI/FDR yang dipimpin Amir dan Muso, Madiun kembali ke tangan TNI dan Muso melarikan diri. Meskipun demikian, ia terus dikejar hingga akhirnya ditembak di kamar mandi milik seorang warga.

Saat ditembak, Muso diyakini belum tewas. Jasadnya dibawa menggunakan tangga bambu, namun tangga tersebut patah di tengah jalan. Akhirnya, tubuh Muso digeret dan pada saat itulah dirinya diyakini baru meninggal dunia. Jasad Muso dibawa ke alun-alun dan dipertontonkan kepada masyarakat. Setelahnya, tubuh Muso dibakar dan abunya dibiarkan di alun-alun.

2.DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal dengan sebutan DN Aidit merupakan Ketua Central Committee (CC) PKI. Ia ditangkap pada 22 November 1965 di Solo. Ketika diringkus, Aidit sedang berada di tempat persembunyiannya, di rumah milik Kasim.

Keberadaan Aidit diketahui usai Kasim ditangkap dan diinterogasi oleh petugas. Ketika awal pencarian, tim tidak berhasil menemukan Aidit. Namun, pasukan intelijen beranggapan bahwa Aidit berada dan bersembunyi di dalam rumah. Dugaan tersebut akhirnya terbukti.

Aidit keluar dari ruangan rahasia yang ada di belakang lemari milik Kasim. Setelah itu, ia dibawa ke Loji Gandrung. Aidit dieksekusi di sebuah area yang terdapat sumur tua kering. Usai diberondong peluru regu tembak, ia pun ambruk.

Namun, sebelum dieksekusi mati, Aidit sempat berpidato dan meneriakkan ‘Hidup PKI’. Jasad Aidit dimasukan ke dalam sumur tua yang berada di tengah kebun pisang tersebut. Para tentara menindihnya dengan tanah, daun kering, dan batang pisang untuk menyamarkan jejaknya.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |