Bangunan di Indonesia Sumbang 33% Emisi, Penggunaan AC Jadi Sorotan

3 hours ago 2

Bangunan di Indonesia Sumbang 33% Emisi, Penggunaan AC Jadi Sorotan

Bangunan di Indonesia menyumbang 33% emisi gas rumah kaca. (Foto: Okezone.com/Feby)

JAKARTA – Bangunan di Indonesia menyumbang 33% emisi gas rumah kaca, di mana penggunaan pendingin menjadi salah satu kontributor terbesar. Oleh karena itu, percepatan transisi menuju bangunan rendah karbon dengan penerapan langkah-langkah efisiensi energi menjadi sangat penting dan mendesak.

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pun menyatakan komitmennya untuk mencapai target kinerja efisiensi sumber daya pada bangunan yang dikelola oleh pemerintah maupun sektor swasta.

“Sektor bangunan merupakan salah satu kontributor terbesar emisi di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah dalam mendorong berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung upaya pengurangan emisi. Untuk mempercepat upaya ini, Pemerintah mendorong keterlibatan pemangku kepentingan melalui program peningkatan kapasitas serta mendukung pemerintah daerah dalam penerapan dan sertifikasi bangunan hijau,” ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti, Minggu (28/9/2025). 

Bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian PUPR mengumpulkan para pemangku kepentingan utama sektor bangunan, termasuk pemerintah, pemilik bangunan, lembaga pembiayaan, serta produsen pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC), untuk membahas upaya dan kemajuan Indonesia menuju masa depan bangunan berkelanjutan dan rendah karbon.

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa efisiensi energi merupakan langkah strategis dan hemat biaya untuk mempercepat transisi energi sekaligus mendukung target Net Zero Emission Indonesia.

“Efisiensi energi dapat berkontribusi menurunkan hingga 37% emisi nasional, sekaligus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat melalui penghematan tagihan listrik dan penggunaan teknologi yang lebih cerdas,” ujarnya.

Dia menekankan peran penting green public procurement (GPP) dalam mendorong adopsi AC hemat energi di Indonesia.

“Dengan memasukkan kriteria efisiensi dalam kebijakan pengadaan, dan memastikan produk hemat energi tersedia di e-katalog nasional, kita tidak hanya mengirim sinyal kuat ke pasar, tetapi juga membantu masyarakat memperoleh akses yang lebih mudah terhadap teknologi hijau,” tambahnya.

Konsumsi energi di sektor bangunan di ASEAN dan Indonesia terutama dipicu oleh penggunaan pendingin udara akibat iklim tropis dan tingkat kelembapan yang tinggi.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |