Fahmi Firdaus
, Jurnalis-Rabu, 01 Oktober 2025 |07:05 WIB
Firasat Minyak Wangi Tumpah dan Telefon Misterius Sebelum Malam Jahanam di Rumah Jenderal Yani
JAKARTA – Subuh 1 Oktober 1965 atau tepatnya 60 tahun silam, Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letjen TNI Ahmad Yani gugur usai diberondong peluru. Tujuh peluru menembus tubuh Jenderal Yani akibat serangan kilat pasukan Tjakrabirawa dan pemuda rakyat.
Sehari sebelumnya, 30 September 1965, anak-anak Jenderal Yani seolah tak pernah mendapat isyarat maupun firasat apapun tentang ayahnya. Seperti biasa, Jenderal Yani menanyakan keberadaan ibunya.
“Ibu nandi (Ibu di mana),” tanyanya.
Ibu di dapur, sedang masak,” jawab anak-anaknya kompak, sebagaimana tertulis di buku ‘Tujuh Prajurit TNI Gugur: 1 Oktober 1965’.
Kegiatan siang itu pun dilanjutkan dengan hanya ngobrol santai di ruang keluarga, sembari memberi tahu bahwa anak-anaknya tak perlu masuk sekolah pada 5 Oktober yang merupakan HUT TNI.
“Mengko tanggal 5 Oktober, kabeh melu bapak. Ndelok defile nang Istana. Kabeh mbolos sekolah wae (Nanti tanggal 5 Oktober semua ikut bapak. Lihat defile di Istana. Semua bolos sekolah saja),” tutur Jenderal Yani.
Ibu di dapur, sedang masak,” jawab anak-anaknya kompak, sebagaimana tertulis di buku ‘Tujuh Prajurit TNI Gugur: 1 Oktober 1965’.
Kegiatan siang itu pun dilanjutkan dengan hanya ngobrol santai di ruang keluarga, sembari memberi tahu bahwa anak-anaknya tak perlu masuk sekolah pada 5 Oktober yang merupakan HUT TNI.
“Mengko tanggal 5 Oktober, kabeh melu bapak. Ndelok defile nang Istana. Kabeh mbolos sekolah wae (Nanti tanggal 5 Oktober semua ikut bapak. Lihat defile di Istana. Semua bolos sekolah saja),” tutur Jenderal Yani.