Ketua Tim Infrastruktur Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Baru Data dan Keamanan Siber Komdigi, M. Ridwan Rauf. (Foto: Arif Julianto/IMG)
JAKARTA – Kecerdasan buatan (AI) diperkirakan akan memberikan dampak berkelanjutan bagi perekonomian global termasuk Indonesia. Namun, besarnya dampak ini sangat bergantung pada kecepatan adopsi AI dan kekuatan ekosistem digital di Indonesia.
Analisis PricewaterhouseCoopers (PwC) menyebutkan AI memiliki potensi ekonomi sebesar USD 15,7 triliun secara global dan USD 366 miliar bagi Indonesia pada tahun 2030. Untuk mewujudkan potensi besar tersebut, adopsi AI dan ekosistem digital di Indonesia perlu ditingkatkan.
“Besarnya dampak yang dapat diraih sangat ditentukan oleh kecepatan adopsi dan ekosistem digital. Jika dikelola dengan baik, AI bukan hanya menambah nilai ekonomi tetapi juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk bersaing di tingkat global,” kata Ketua Tim Infrastruktur Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Baru Data dan Keamanan Siber Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), M. Ridwan Rauf, saat berbicara pada seminar Rabu (1/10/2025).
Sebagai pembicara kunci di seminar GenZone Talks "Data Science and Artificial Intelligence (AI) for Gen Z”, Ridwan menyampaikan bahwa Indonesia perlu melakukan transformasi digital dengan melibatkan kaum muda dan Gen Z secara aktif.
“Tidak hanya menjadi pengguna, Gen Z juga harus menjadi penggerak, pencipta, dan pengawas penggunaan AI di masa depan,” ujarnya.
“Dengan kreativitas, keberanian, dan semangat kolaborasi, Gen Z memiliki kesempatan besar untuk memastikan kecerdasan artifisial menjadi sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat, bukan sebaliknya,” tambah Ridwan.
“Mari jadikan AI bukan hanya alat, tetapi juga jembatan menuju masa depan Indonesia yang adil, sejahtera, dan berdaya saing global.”