Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia

6 hours ago 4

Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia

Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia (Foto: Freepik)

JAKARTA - Kemampuan bahasa inggris masih menjadi persoalan siswa di Indonesia. Indonesia berada pada peringkat ke-80 dari 116 negara dengan skor 468 atau kategori Low Proficiency. Posisi ini juga menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 23 negara Asia.

Data EF English Proficiency Index (EF EPI) menunjukkan bahwa tantangan penguasaan bahasa Inggris tidak hanya soal kurikulum, tetapi juga menyangkut akses dan pemerataan kualitas pembelajaran bahasa di seluruh wilayah, dari kota besar hingga daerah terpencil.

Tren global juga menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Inggris dunia tidak mengalami peningkatan signifikan. Dengan rata-rata global di angka 477, skor Indonesia berada di bawah rata-rata dunia. Ketimpangan antarwilayah turut memperkuat masalah ini. Hasil EF EPI 2024 menunjukkan bahwa wilayah seperti Jawa memiliki kompetensi lebih baik dibanding banyak daerah lain, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran perlu dilakukan secara lebih merata, terutama pada kemampuan produktif seperti berbicara dan menulis.

Namun, apakah kemampuan bahasa Inggris tetap relevan ketika teknologi AI semakin canggih dalam menerjemahkan bahasa? Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa AI memang mampu memberi bantuan teknis, tetapi tidak dapat menggantikan nuansa komunikasi manusia, seperti spontanitas, empati, dan konteks budaya. Karena itu, kemampuan produktif tetap menjadi penentu utama dalam kolaborasi global, baik di dunia kerja maupun interaksi antarnegara.

Dalam konteks Indonesia yang masih tertinggal secara skor dan peringkat, kemampuan berbahasa Inggris justru semakin krusial. Penguasaan speaking dan writing menjadi modal penting bagi tenaga kerja Indonesia untuk bisa berkompetisi di pasar global. Selain itu, pemanfaatan teknologi (termasuk AI) perlu diarahkan sebagai alat bantu, bukan titik akhir pembelajaran. Pendekatan ini penting agar masyarakat tetap mengutamakan komunikasi humanis yang menjadi inti dari interaksi profesional maupun sosial.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |