Dani Pedrosa bersama Valentino Rossi saat masih bersaing di MotoGP. (Foto: MotoGP)
PEMBALAP legendaris MotoGP, Dani Pedrosa, mengungkapkan bagaimana berhadapan dengan Valentino Rossi di lintasan memicu tekanan mental yang unik, bahkan hingga membuatnya menderita. Selama periode emas Rossi di tahun 2000-an, di mana ia mengklaim tujuh gelar juara dunia antara tahun 2001 hingga 2009, The Doctor –julukan Rossi– dikenal sebagai sosok sentral dan dominan di Kejuaraan Dunia motor tersebut.
Rossi memang menghadapi persaingan sengit dari generasi rider baru seperti Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Pedrosa sendiri di akhir dekade tersebut, namun ia selalu berhasil memenangkan pertarungan gelar secara head-to-head. Tak hanya sekadar hebat, Rossi juga memiliki aura yang mampu memberikan tekanan terhadap para rivalnya.
1. Aura Menyiksa Rossi
Pedrosa yang menghabiskan seluruh karier MotoGP-nya bersama Honda dari 2006 hingga 2018, mengakui dalam siniar (podcast) milik Andrea Migno bahwa dirinya merasakan perbedaan signifikan saat berduel dengan Rossi dibandingkan pembalap lain. Bagi Pedrosa, berduel dengan Rossi benar-benar menderita karena tekanan aura yang dimiliki bos VR46 tersebut.
“Ketika saya bersamanya (Rossi) di trek, terutama di tahun-tahun awal, dan saya harus menyalipnya, saya tidak setenang dengan pembalap lain. Aura yang tidak dimiliki banyak orang lain,” kata Pedrosa, dilansir dari Crash, Sabtu (27/9/2025).
Lebih dari sekadar kecepatan, Rossi terkenal karena kemampuannya menggunakan media dan psikologi untuk menekan rivalnya, sebuah keterampilan yang diakui Pedrosa telah menjangkau hingga ke luar trek.
“Rossi bisa mengalahkan Anda di trek, tetapi terkadang dia tidak perlu melakukannya di sana, dia bisa mengalahkan Anda di luar trek. Karena karakter saya, saya sedikit menderita karenanya,” lanjut Pedrosa.

2. Rivalitas Berbeda dengan Lorenzo
Kontras dengan pertarungannya melawan Rossi yang bersifat psikologis, rivalitas terbesar Pedrosa di MotoGP justru terjalin dengan rekan senegaranya, Jorge Lorenzo. Perseteruan keduanya bahkan sudah begitu intens sehingga Raja Spanyol dikabarkan harus turun tangan dan memaksa mereka untuk berjabat tangan setelah pertarungan sengit di MotoGP Spanyol 2008.