Lumpur hingga Jembatan Putus Jadi Tantangan Pengiriman Logistik ke Pidie Jaya, Butuh Jalan Kaki 45 Menit

4 hours ago 2

Feby Novalius , Jurnalis-Minggu, 21 Desember 2025 |13:19 WIB

Lumpur hingga Jembatan Putus Jadi Tantangan Pengiriman Logistik ke Pidie Jaya, Butuh Jalan Kaki 45 Menit

Medan berat jadi tantangan utama dalam proses evakuasi dan penyaluran bantuan di Pidie Jaya. (Foto: Okezone.com/InJourney)

JAKARTA - Medan berat dan akses rusak menjadi tantangan utama dalam proses evakuasi dan penyaluran bantuan bagi korban banjir bandang di Pidie Jaya, Aceh. Pada tahap awal, relawan harus berjalan kaki hingga 45 menit sambil membawa logistik primer karena kendaraan tidak dapat melintasi jalur berlumpur dan jembatan yang terputus menuju lokasi terdampak.

Salah satu relawan yang berprofesi sebagai Aviation Security Chief di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, Vovo Kristanto mengungkapkan bahwa medan yang dilalui pada saat awal proses evakuasi sangat menantang dan cukup sulit untuk dilalui oleh kendaraan, sehingga harus berjalan kaki selama 45 menit hingga mencapai titik lokasi untuk mendirikan posko dikarenakan banyaknya akses yang rusak sambil membawa bantuan logistik primer yang memang sangat diperlukan oleh korban.

“Desa Dayah Husen di Pidie Jaya menjadi lokasi awal evakuasi yang kami lakukan. Kondisi di lapangan saat itu cukup berat, dengan akses yang rusak akibat lumpur, jembatan terputus, serta keterbatasan koneksi internet yang menyulitkan proses distribusi. Jarak dari jalan utama ke lokasi pun memakan waktu sekitar 45 menit. Pada tahap awal, kami memprioritaskan pengiriman kebutuhan logistik yang paling mendesak, sembari melakukan pendataan untuk memastikan distribusi bantuan berikutnya dapat berjalan lebih tepat sasaran,” ujar Vovo, Minggu (21/12/2025). 

Selain logistik, Holding BUMN juga melakukan trauma healing atau Layanan Dukungan Psikososial (LDP) khususnya kepada anak-anak yang juga menjadi korban. Ruang bermain dan belajar mereka yang kini terdampak banjir bandang menjadi salah satu concern dalam hal membangkitkan kembali semangat mereka. Tidak hanya itu, pelayanan kesehatan juga disediakan dengan bekerjasama dengan tenaga medis. 

Dari laporan di lapangan ditemukan bahwa infeksi saluran pernafasan dan infeksi kulit dan jamur menjadi keluhan terbanyak yang dialami oleh para pengungsi.

“Fokus kami di lapangan tidak hanya pada distribusi logistik kebutuhan para pengungsi saja, tapi trauma healing (Layanan Dukungan Psikososial) khususnya untuk anak-anak kecil serta layanan posko kesehatan yang juga menjadi concern utama kami. Hal ini kami lakukan berdasarkan kajian kebencanaan yang sudah beberapa kali kami lakukan sebelumnya. Sangat penting untuk tetap menjaga tumbuh kembang anak terkhusus bagi mereka yang menjadi korban bencana alam” sambung Vovo.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |