Penghapusan SLIK untuk Kredit Rumah Subsidi Berisiko Besar, Ini Alasannya

5 hours ago 4

Feby Novalius , Jurnalis-Rabu, 10 Desember 2025 |18:25 WIB

Penghapusan SLIK untuk Kredit Rumah Subsidi Berisiko Besar, Ini Alasannya

Wacana penghapusan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK untuk mempermudah kredit rumah subsidi dinilai sangat berisiko. (Foto: Okezone.com/Freepik)

JAKARTA – Wacana penghapusan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK untuk mempermudah kredit rumah subsidi dinilai sangat berisiko. SLIK merupakan salah satu instrumen utama yang digunakan bank atau lembaga keuangan untuk menilai kelayakan debitur sebelum memberikan pinjaman.

Pengamat Pasar Modal, Hans Kwee, menyampaikan bahwa SLIK berfungsi mencatat rekam jejak kredit seseorang, sehingga bank dapat memprediksi tingkat risiko kredit macet.

"Ya, ini usulan yang kurang tepat. SLIK itu kan track record kredit seseorang. Jadi ini menjadi acuan bank dalam menyalurkan kredit. Nah, asumsi yang dipakai di sini adalah kalau orang itu pernah punya masalah, maka bank harus hati-hati dalam menyalurkan kredit," ujar Hans, Rabu (10/12/2025).

Lebih lanjut, Hans mengatakan, apabila SLIK dihapus, itu sama saja dengan menghilangkan alat navigasi bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Tanpa data riwayat kredit, bank akan sulit menilai apakah seorang calon debitur mampu membayar kewajibannya di masa depan.

“Kalau SLIK dihapus, kemudian orang itu dapat kredit, potensi kredit macet akan sangat tinggi. Padahal perbankan menarik dana masyarakat, yang ternyata juga ada cost-nya. Jadi jika kita menghapus SLIK untuk memberikan kredit pada pihak-pihak yang belum layak, itu sama saja memindahkan masalah dari debitur ke industri perbankan,” jelas Hans.

Ia mengingatkan bahwa peningkatan kredit macet dapat mengancam kesehatan perbankan secara keseluruhan. "Kalau perbankan terganggu, implikasinya luas karena bisa men-trigger krisis ekonomi di Indonesia," tambahnya.

Sebagai contoh, Hans menyinggung pengalaman krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada 2008, ketika kredit perumahan diberikan kepada kelompok yang tidak layak, menyebabkan lonjakan gagal bayar yang mengguncang perekonomian global.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |