Polemik Utang Jumbo, China Paling Diuntungkan dari Proyek Kereta Cepat Whoosh

3 hours ago 2

Polemik Utang Jumbo, China Paling Diuntungkan dari Proyek Kereta Cepat Whoosh

Polemik Utang Jumbo, China Paling Diuntungkan dari Proyek Kereta Cepat Whoosh (Foto: KCIC)

JAKARTA - Pakar ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy menilai bahwa China merupakan pihak yang paling diuntungkan dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Kini proyek kereta cepat Whoosh dalam bayang-bayang utang bak bom waktu.

Menurut Ichsanuddin, sejak awal proyek ini tidak dijalankan dengan mekanisme yang jelas antara kerja sama business to business (B2B) atau business to government (B2G). Dia bahkan menyebut terjadi penyimpangan prosedural dalam penugasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Yang statusnya sebenarnya B2B tapi kemudian terkena beban negara karena BUMN ditugaskan. Artinya secara prosedur hal dia menjadi tidak tampak tegas apakah memang konstruksinya B2B atau B2G itu kalimat penting di situ,” kata Ichsanuddin dalam dialog Rakyat Bersuara di iNews TV, Selasa (21/10/2025).

Dia juga menyoroti pergeseran studi kelayakan (feasibility study) dari Jepang ke China, yang menurutnya menyimpan tanda tanya besar. “Kemudian ini kok tiba-tiba bergeser. Ini ada informasi asimetri, nah informasi asimetri dari Jepang bocor ke China. Siapa yang mau bocorin? Siapa yang memimpin negosiasi begitu dan itu masih ditelusuri lebih dalam," katanya.

Lebih lanjut, Ichsanuddin menilai proyek Whoosh menjadi pintu masuk bagi invasi China ke Indonesia. Dia menyebut terdapat empat bentuk dominasi yakni modal, teknologi, material, dan tenaga kerja, yang seluruhnya didatangkan dari China.

“Nah begitu masuk ke dalam, menarik di sini ada tiga kata kuncinya begitu masuk dalam kajian saya, maka sesungguhnya China, pemerintah China itu sudah melakukan invasi modal, invasi teknologi, invasi material, karena semuanya dari China, yang paling menarik invasi tenaga kerja. Ini pada kasus Whoosh,” paparnya.

“Makanya tadi bergeser nih FS (Feasibility Study) ke China, oke disetujui. Maka pada saat disetujui, itu ada invasi, ada invasi modal, ada invasi teknologi, ada invasi material dan yang menarik paling menarik invasi tenaga kerja,” tambah Ichsanuddin.

Menurut Ichsanuddin, hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang siapa sebenarnya yang memperoleh manfaat terbesar dari proyek tersebut. “Ketika terjadi invasi dari situ maka muncul pertanyaan kalau begitu sesungguhnya dibalik proyek pembuangan kereta api ini siapa yang sesungguhnya memperoleh benefit," ujarnya.

“Saya enggak bicara dulu profit, saya enggak bicara dulu profit, siapa yang sesungguhnya memperoleh benefit atas proyek ini? Udah tahu kan China,” pungkasnya.

Sementara itu, Analis Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah Badrun menilai Kereta Cepat Whoosh tidak efisien dan berpotensi terus merugikan negara. Dia mengungkapkan, proyek tersebut bahkan telah mencatat kerugian mencapai Rp4,1 triliun dalam satu tahun operasionalnya.

“Pembangunan dari awal sebetulnya tidak memenuhi syarat bahwa ini dijalankan dengan prinsip good governance. Karena tidak memenuhi syarat sebetulnya dan beberapa pengamat kebijakan publik mengatakan bahwa ini tidak menguntungkan dan bahkan berpotensi kita rugi,” kata Ubedillah dalam dialog Rakyat Bersuara di iNews TV.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |