Sanae Takaichi menjadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang. (Foto: X/@Takaichi_Sanae)
JAKARTA – Sanae Takaichi resmi menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang pada Selasa (21/10/2025) setelah terpilih dalam pemungutan suara di parlemen. Politikus berusia 64 tahun ini mencatat sejarah baru bagi Jepang sekaligus membawa visi konservatif keras yang diprediksi akan mengubah arah kebijakan luar negeri, ekonomi, dan imigrasi negara tersebut.
Nama Takaichi banyak dibicarakan pada awal bulan ini setelah memenangi kepemimpinan partai berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP), mengalahkan kandidat lainnya, termasuk calon muda favorit, Shinjiro Koizumi.
Latar Belakang dan Pendidikan
Sanae Takaichi lahir pada 7 Maret 1961 di Yamatokōriyama, Prefektur Nara, dari keluarga kelas menengah yang pekerja keras. Ayahnya bekerja di perusahaan otomotif, sementara ibunya seorang polisi.
Takaichi menempuh pendidikan di Universitas Kobe, mengambil jurusan manajemen bisnis di Fakultas Ekonomi. Selama kuliah, ia dikenal sebagai drummer band heavy metal dan menggemari band seperti Black Sabbath, Iron Maiden, dan Judas Priest. Mendengarkan musik heavy metal serta mengendarai motor dan mobil adalah hobi yang masih ia tekuni hingga kini.
Setelah lulus, Takaichi melanjutkan ke Matsushita Institute of Government and Management, lembaga pelatihan kepemimpinan bergengsi yang telah melahirkan banyak pemimpin politik Jepang. Takaichi secara terbuka mengagumi mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, dan sering disebut sebagai "Iron Lady 2.0" karena pendekatan politik kerasnya.
Ia juga merupakan anak didik mendiang mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang membentuk pandangan ekonominya.