Rupiah Berpotensi Anjlok ke Rp17.000/USD, BI Siapkan Berbagai Upaya Stabilkan Nilai Tukar

5 hours ago 6

Rupiah Berpotensi Anjlok ke Rp17.000/USD, BI Siapkan Berbagai Upaya Stabilkan Nilai Tukar

Nilai tukar Rupiah tertekan terhadap dolar AS sebesar 64,5 poin atau sekitar 0,39% ke level Rp16.749 per dolar AS. (Foto :Okezone.com/Freepik)

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah tertekan terhadap dolar AS sebesar 64,5 poin atau sekitar 0,39% ke level Rp16.749 per dolar AS. Bahkan diprediksi pada awal bulan depan, Rupiah dapat melemah sampai ke Rp17.000 per USD.

Merespons pergerakan nilai tukar Rupiah ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa Bank Indonesia kembali menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

“Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus-menerus, melalui intervensi NDF," ujar Perry Warjiyo, Jumat (26/9/2025).

Bank Indonesia yakin bahwa seluruh upaya yang dilakukan dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah sesuai nilai fundamentalnya.

"Bank Indonesia juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, sehingga stabilitas nilai tukar Rupiah dapat tercapai dengan baik," ujarnya.

Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan ini sangat signifikan. Ibrahim memproyeksikan, jika Rupiah menembus level Rp16.800, maka sangat mungkin pada bulan Oktober Rupiah akan anjlok hingga Rp17.000 per dolar AS.

"Pagi ini Rupiah terus mengalami pelemahan 74 poin. Rupiah melemah di Rp16.758. Kalau seandainya tembus di level Rp16.800, ada harapan bahwa dalam bulan Oktober, Rupiah tembus di level Rp17.000. Itu sangat mungkin sekali terjadi," ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (25/9/2025).

Pelemahan ini, kata Ibrahim, didukung oleh sentimen dari faktor eksternal dan internal. Secara eksternal, ketegangan geopolitik di Eropa kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, menyampaikan nada agresif terhadap Rusia dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Trump memperingatkan negara-negara Eropa agar tidak lagi membeli minyak Rusia dan mempertimbangkan sanksi baru yang menargetkan aliran energi.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |