Feby Novalius
, Jurnalis-Minggu, 28 September 2025 |13:11 WIB
Banyak yang masih menganggap AI sebagai solusi maha-bisa. (Foto: okezone.com/Gani AI)
JAKARTA - Perusahaan teknologi asal Indonesia mengungkapkan tantangan terbesar dalam transformasi digital di Indonesia justru bukan pada aspek teknis, melainkan pada kesalahpahaman publik terhadap Kecerdasan Buatan (AI).
“Banyak yang masih menganggap AI sebagai solusi maha-bisa. Padahal, AI seharusnya diposisikan sebagai alat bantu yang terbatas, bukan solusi otomatis untuk semua masalah,” ujar
Pendiri Gani AI, Bintang Hidayanto, Minggu (28/9/2029).
Menurutnya, pemahaman yang tepat tentang AI menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan teknologi dalam berbagai sektor.
“Jika AI dijadikan sebagai engine untuk membantu pekerjaan atau meningkatkan produktivitas, di situlah teknologi ini benar-benar bisa berfungsi optimal,” ungkap Bintang.
Kemudian dalam menghadapi kekhawatiran privasi, khususnya dari klien korporasi, dia menilai harus dilakukan pendekatan yang berbeda.
Perusahaannya tidak menghubungkan foundation model dari pihak ketiga secara langsung ke sistem pengguna, melainkan menjalankan model tersebut di infrastruktur milik sendiri.
“Pendekatan kami sedikit berbeda dari kebanyakan perusahaan AI as a Service. Model tersebut kami salin, kami jalankan di server milik kami sendiri, sehingga seluruh data dan proses tetap berada dalam sistem yang kami kendalikan. Ini untuk mencegah potensi kebocoran data ke pihak ketiga,” ujar Bintang.