
Thailand dan Kamboja menandatangani gencatan senjata pada 26 Desember 2025, mengakhiri pertempuran 20 hari di perbatasan.
JAKARTA – Tentara Thailand menuduh Kamboja melanggar kesepakatan gencatan senjata yang baru ditandatangani setelah berminggu-minggu bentrokan mematikan yang memaksa hampir satu juta orang mengungsi dari rumah mereka.
Dalam sebuah pernyataan, tentara Thailand mengatakan bahwa lebih dari 250 pesawat tanpa awak (UAV) terdeteksi terbang dari sisi Kamboja pada Minggu (28/12/2025) malam.
Gencatan senjata mulai berlaku pada siang hari waktu setempat pada Sabtu (27/12/2025). Kedua belah pihak sepakat untuk membekukan garis depan di posisi saat ini, melarang bala bantuan, dan mengizinkan warga sipil yang tinggal di daerah perbatasan untuk kembali sesegera mungkin.
Hal itu dipandang sebagai terobosan, yang terjadi setelah berhari-hari pembicaraan antara kedua negara dengan dukungan diplomatik dari China dan Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (29/12/2025), Angkatan Darat Kerajaan Thailand mengatakan tindakan Kamboja “merupakan provokasi dan pelanggaran terhadap langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan,” serta menambahkan bahwa tindakan tersebut “tidak konsisten” dengan ketentuan gencatan senjata.


















































