Uji Pemanfaatan Hidrogen di Pembangkit Tenaga Diesel Gas, Emisi Karbon Turun?

1 hour ago 1

Feby Novalius , Jurnalis-Rabu, 03 Desember 2025 |18:40 WIB

Uji Pemanfaatan Hidrogen di Pembangkit Tenaga Diesel Gas, Emisi Karbon Turun?

Uji coba cofiring hidrogen pada Pembangkit Listrik. (Foto: Okezone.com/PLN)

JAKARTA - Uji coba cofiring hidrogen pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) di Bali menunjukkan hasil positif. Pengujian menandai penerapan teknologi energi bersih di Indonesia dan menjadi bukti kesiapan hidrogen sebagai alternatif untuk mengurangi emisi di sektor pembangkitan listrik.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta, menyampaikan bahwa implementasi cofiring hidrogen bukan sekadar pencapaian teknis, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia Power sebagai pelopor teknologi energi bersih di tanah air. Keberhasilan pengujian cofiring hidrogen di PLTDG UBP Bali menegaskan kesiapan Indonesia Power untuk memasuki fase transisi energi yang lebih maju.

"Hidrogen bukan lagi sekadar wacana, tetapi sudah kami uji dan buktikan dapat diterapkan secara nyata dan aman di aset pembangkitan. Ini adalah fondasi penting bagi upaya kami menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi, sekaligus memperkuat portofolio energi bersih perusahaan. Kami bertericofiring kepada seluruh mitra yang telah berkontribusi, dan Indonesia Power akan terus melanjutkan inovasi demi mendukung target Net Zero Emission 2060,” ujar Bernadus, Rabu (3/12/2025).

VP Technology Development PLN Indonesia Power sekaligus penanggung jawab program cofiring hidrogen, Hedwig Lunga Sampe Pajung, menjelaskan bahwa pengujian tahun ini dilakukan dengan pendekatan yang lebih komprehensif dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada 2024 pengujian hanya dilakukan pada beban penuh (100% kapasitas mesin) dengan rasio cofiring 7%, maka pada 2025 pengujian melibatkan tiga variasi beban untuk mendapatkan gambaran performa yang lebih lengkap.

“Pengujian kali ini kami lakukan pada beban 75%, 85%, dan 100% kapasitas mesin. Hasilnya, rasio cofiring hidrogen mencapai 23% pada beban 75%, 22% pada 85%, dan 17% pada 100%. Dengan variasi ini, kami bisa melihat perilaku mesin di berbagai kondisi operasi dan menentukan batas maksimum hidrogen yang aman untuk setiap level beban,” jelas Hedwig.

Dari sisi teknis, pengembangan difokuskan pada sistem suplai hidrogen melalui penggunaan Pressure Regulator System (PRS) berbasis Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface (HMI). Sistem ini memungkinkan pengaturan injeksi hidrogen yang lebih akurat, efisien, dan aman.
“Dengan kontrol elektronik penuh, proses feeding hidrogen menjadi jauh lebih stabil dan presisi,” tambah Hedwig.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |