Hari Santri Nasional 2025, Hentikan Narasi Negatif Terhadap Kiai dan Pesantren

4 hours ago 3

Hari Santri Nasional 2025, Hentikan Narasi Negatif Terhadap Kiai dan Pesantren

Sekjen Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK), Thobahul Aftoni/Foto: istimewa

JAKARTA - Sekjen Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK), Thobahul Aftoni, menyebutkan, 22 Oktober menjadi hari penting bagi masyarakat Indonesia karena diperingati sebagai Hari Santri Nasional (HSN).

"Momentum ini menjadi tonggak bersejarah bagaimana kita semua diingatkan kembali peran para Kiai, Ulama, dan para santri berjuang merebut kemerdekaan dengan darah dan air mata bahkan nyawa," ujarnya melalui keterangannya, Rabu (22/10/2025).

Menurutnya, tidak sedikit Kiai dan santri yang gugur di medan pertempuran melawan penjajah. Adanya keinginan kuat agar Indonesia terbebas dari penindasan dan penjajahan. Untuk itulah, ia mengajak momentum HSN dijadikan refleksi sekaligus mengingatkan kembali bahwa Indonesia pada fase perjuangan awal kemerdekaan tidak serta merta berdiri sendiri, tetapi ada nyawa yang dikorbankan dari Kiai, santri, dan pondok pesantren. Pertempuran 10 November adalah salah satu fakta sejarah yang tidak bisa disangkal.

"Di era saat ini, kiai dan santri terus mewarisi api perjuangan dengan bersama-sama elemen lain untuk melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa dan membangun bangsa dari belenggu kemiskinan, kebodohan, dan penindasan. Kiai dan santri kini menjelma menjadi bagian dari perubahan sesuai konteks zaman," tuturnya.

Di samping itu, kata dia, Kiai dan dunia pesantren saat ini mengajarkan tentang nilai-nilai Islam Wasathiyah, sehingga tercipta kerukunan antar komponen anak bangsa, dan juga semangat Hubbul Wathan minal Iman yang dipegang teguh dan menjadi spirit kebangsaan kita. Maka, sudah seharusnya penghormatan dan pengakuan peran kiai dan santri wajib diberikan.

"Bukan sebaliknya menyematkan narasi negatif, apalagi sampai memfitnah para kiai dan dunia pesantren. Kami sangat berharap, fitnah-fitnah dan framing jahat kepada Kiai dan dunia pesantren tidak terulang kembali ke depan," tegasnya.

Dia mengajak masyarakat untuk fair dalam melihat sejarah. "Dan tentunya kami mengajak biasakan tabayyun dan kuatkan budaya literasi ketika menyampaikan narasi ke masyarakat," pungkasnya.
 

(Fetra Hariandja)

Read Entire Article
Desa Alam | | | |