PANGKEP SULSEL - Kemiskinan sering dipandang sebagai takdir, padahal sejatinya ia adalah hasil dari sistem sosial dan ekonomi yang belum berpihak kepada rakyat kecil. Di banyak daerah di Indonesia, kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar yang menghambat kemajuan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah penduduk miskin masih mencapai sekitar 25 juta orang atau 9, 36?ri total penduduk. Namun, yang perlu dicatat, sebagian besar dari mereka tinggal di pedesaan—daerah yang kaya sumber daya alam, tetapi miskin nilai tambah.
Salah satu akar kemiskinan daerah terletak pada ketergantungan ekonomi terhadap sektor tradisional yang kurang produktif. Petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil sering kali hanya menjual bahan mentah tanpa pengolahan. Harga jualnya rendah, sementara biaya produksi terus meningkat. Akibatnya, pendapatan masyarakat tidak mampu mengimbangi kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Ketimpangan inilah yang membuat banyak warga desa sulit keluar dari lingkaran kemiskinan.
Selain faktor ekonomi, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan teknologi juga menjadi penghalang utama. Banyak warga desa belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Akses internet dan pelatihan kewirausahaan masih minim, membuat mereka tertinggal dari daerah yang sudah lebih maju. Akibatnya, potensi besar di sektor pertanian, peternakan, perikanan, atau wisata belum tergarap maksimal.
Namun, kemiskinan bukanlah nasib yang harus diterima begitu saja. Kuncinya adalah pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal. Setiap daerah memiliki kekayaan unik yang bisa menjadi sumber kesejahteraan jika dikelola dengan baik. Misalnya, daerah pesisir dapat mengembangkan industri olahan hasil laut, desa pertanian dapat mengolah hasil panen menjadi produk siap jual, sementara daerah pegunungan dapat mengembangkan wisata alam dan produk herbal.
Pemberdayaan lokal harus dimulai dari pendidikan ekonomi rakyat. Pemerintah daerah perlu menggandeng perguruan tinggi, komunitas, dan pelaku usaha untuk memberikan pelatihan wirausaha, pengelolaan keuangan, serta teknologi tepat guna. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi menjadi pelaku ekonomi mandiri yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, akses terhadap permodalan dan pasar harus diperluas. Banyak ide usaha lokal gagal berkembang karena sulit mendapatkan dukungan finansial. Pemerintah dan lembaga keuangan perlu menghadirkan kredit mikro berbunga rendah serta platform digital untuk memasarkan produk lokal. Kolaborasi dengan BUMDes, koperasi, dan UMKM juga penting agar rantai ekonomi di desa bisa berjalan berkelanjutan.
Infrastruktur menjadi penopang penting dalam menggerakkan ekonomi daerah. Jalan produksi, jaringan listrik, dan internet desa harus ditingkatkan agar hasil usaha rakyat dapat diangkut dan dijual dengan mudah. Pembangunan infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, melainkan investasi jangka panjang yang membuka akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi baru bagi masyarakat desa.
Pemerintah daerah juga harus menjadi penggerak utama dengan kebijakan yang berpihak pada potensi lokal. Alih-alih menunggu bantuan pusat, daerah bisa membangun ekosistem ekonomi sendiri melalui program Desa Inovatif atau Kawasan Pangan Mandiri. Jika setiap desa mampu mengolah produk khasnya—dari kopi, madu, hasil laut, hingga kerajinan tangan—maka kekuatan ekonomi nasional akan tumbuh dari akar rumput.
Kesimpulannya, kemiskinan bukanlah takdir, tetapi tantangan yang bisa diubah dengan kemauan, kebijakan, dan kerja bersama. Kuncinya ada pada pemberdayaan ekonomi lokal yang berkeadilan dan berkelanjutan. Saat masyarakat diberi kesempatan untuk berdiri di atas potensi daerahnya sendiri, maka kemandirian ekonomi bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang menumbuhkan harapan dan kemajuan bangsa
Slide Presentasi: Kemiskinan Bukan Takdir – Membangun Kemandirian Lewat Pemberdayaan Ekonomi Lokal
🧩 1. Penyebab Kemiskinan Daerah
Ketergantungan pada sektor tradisional tanpa nilai tambah. Pendapatan rendah, biaya hidup tinggi. Akses pendidikan dan teknologi terbatas. Minim lapangan kerja produktif. Keterbatasan modal dan pemasaran.
🌱 2. Prinsip Dasar Solusi
Kemiskinan bukan takdir, tapi akibat sistem yang belum adil. Kuncinya: pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal. Masyarakat menjadi pelaku utama, bukan penerima bantuan.
💡 3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Identifikasi potensi unggulan daerah (tani, laut, wisata, kerajinan). Pelatihan kewirausahaan dan teknologi tepat guna. Penguatan UMKM dan BUMDes. Akses permodalan mikro berbunga rendah. Digitalisasi ekonomi: jual produk lokal lewat platform online.
🛠️ 4. Dukungan Infrastruktur & Kebijakan
Bangun jalan produksi, listrik, dan internet desa. Kebijakan berpihak pada potensi lokal. Kolaborasi: pemerintah – kampus – swasta – komunitas. Transparansi & partisipasi masyarakat dalam program kemiskinan
🌾 5. Hasil yang Diharapkan
Masyarakat mandiri dan berdaya ekonomi. Tercipta lapangan kerja baru di desa. Daerah maju dan berdaya saing tinggi. Kemiskinan menurun secara alami.
🎯 Pesan Utama:
> Kemiskinan bukan takdir — ia bisa diubah dengan pendidikan, kerja keras, dan kebijakan yang berpihak pada rakyat bawah. Pemberdayaan ekonomi lokal adalah kunci menuju Indonesia yang sejahtera dari desa.
Pangkep 9 Oktober 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan