Pasar Lesu, Gaikindo Minta Insentif seperti Masa Covid-19

7 hours ago 4

Pasar Lesu, Gaikindo Minta Insentif seperti Masa Covid-19

Pasar Lesu, Gaikindo Minta Insentif seperti Masa Covid-19 (Okezone)

JAKARTA - Penjualan mobil di Indonesia masih lesu hingga menjelang akhir tahun. Sejumlah cara dilakukan produsen untuk menarik perhatian konsumen, mulai dari program pembelian hingga meluncurkan produk baru.

1. Perlu Insentif

Namun, langkah tersebut belum maksimal karena penjualan mobil belum juga menunjukkan peningkatan signifikan. Karena itu, diperlukan penetrasi dari pemerintah agar masyarakat tertarik membeli mobil baru.

Sekertaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menyarankan pemerintah kembali menerapkan insentif seperti masa Covid-19. Ini terbukti meningkatkan angka penjualan mobil baru.

"Kalau kita bicara itu kan kita pernah belajar pada waktu pandemi ya. Kondisi yang sangat sulit ya, saat pasar hanya tinggal 530 ribu unit. Kita waktu itu berdialog dengan pemerintah, dan kemudian dengan muncul PPnBM DTP," kata Kukuh saat ditemui di Jakarta, dikutip pada Jumat (31/10/2025).

Sebagai informasi, insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) pada masa pandemi Covid-19 bertujuan mendongkrak penjualan kendaraan bermotor dan industri pendukung otomotif. 

Program ini diberikan secara bertahap dengan diskon bervariasi untuk segmen dan kapasitas mesin mobil yang berbeda, seperti diskon 100 persen untuk kendaraan hingga 1.500 cc di awal, yang kemudian berangsur turun menjadi 50 persen dan 25 persen.

Kebijakan tersebut diyakini akan berhasil di masa ekonomi yang sulit saat ini. Sebab, pasar terbesar ada di kelas menengah yang saat ini menahan pembelian mobil baru. Kukuh merasa dengan adanya insentif pasar akan kembali bergairah karena harga mobil baru akan turun.

"Itu kan kekhawatiran juga terjawab. Insentif yang seperti itu ada potential gain, ada potential loss. Potential loss-nya dihitung, dikaji, selama 3 bulan itu Rp3 triliun. Tapi potensial gain-nya Rp5 triliun. Artinya masih menguntungkan. Pada saat yang sama, volume (penjualan) jadi naik," ujarnya.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |