PANGKEP SULSEL - Destinasi wisata alam di Titik Nol Bara Batu, Desa Bara Batu, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, kini mulai menarik perhatian masyarakat dan pemerintah desa. Lokasi yang masih alami ini menjadi tempat berkumpulnya Kepala Desa Bara Batu, Abd Haris, bersama staf desa, kepala dusun, RK, RT, dan tokoh masyarakat dalam sebuah kegiatan santai menikmati keindahan alam.
Kegiatan yang dikemas dalam suasana kekeluargaan ini diisi dengan acara bakar-bakar ikan bersama warga. Semilir angin pegunungan dan suara alam yang merdu menjadi latar sempurna untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan aparatur desa.
Titik Nol Bara Batu terletak di kawasan Dusun Bulu Tana. Tempat ini berada di antara dua gunung yang menjulang dan menyuguhkan panorama alam yang begitu memikat. Potensinya sebagai destinasi wisata alam pun mulai dikembangkan dengan pendekatan gotong royong.
Sejak tahun 2024, warga dan pemerintah desa telah merintis jalan tani sepanjang 350 meter untuk memudahkan akses menuju lokasi wisata ini. Jalan tersebut menjadi awal dari berbagai perencanaan pengembangan wisata yang lebih terarah ke depannya.
Di lokasi ini juga terdapat keunikan berupa tetesan air alami yang terus mengalir dari celah-celah batuan gunung. Air ini tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau panjang, sehingga diyakini sebagai salah satu berkah alam yang patut dijaga kelestariannya.
Tidak hanya menyuguhkan pesona alam, kawasan ini juga menyimpan nilai sejarah yang kuat. Salah satunya adalah keberadaan Gua Mimpi, sebuah gua yang diyakini memiliki cerita mistis dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang tertarik dengan wisata spiritual.
Menurut cerita warga, di atas gunung yang mengapit lokasi ini terdapat sebuah kuburan Belanda. Lokasi ini dikenal dengan nama "Barayya" dan masuk dalam wilayah Karaeng Bonto Bonto, Kecamatan Marang. Kisah ini menambah dimensi sejarah pada destinasi wisata alam ini.
Kepala Desa Bara Batu, Abd Haris, menyampaikan bahwa wilayah Dusun Bulu Tana ini dahulu menjadi tempat persembunyian sekaligus perlawanan para pejuang lokal terhadap penjajah Belanda. Hal ini diperkuat oleh informasi turun-temurun dari masyarakat sekitar.
“Keberadaan makam Belanda ini menjadi bukti bahwa wilayah ini pernah menjadi saksi perjuangan masa lalu. Kita punya tanggung jawab untuk merawat dan memanfaatkan nilai sejarah ini sebagai potensi wisata edukasi, ” ujar Abd Haris.
Selain mengembangkan infrastruktur dasar, pemerintah desa juga mulai memikirkan langkah-langkah strategis dalam mempromosikan kawasan ini. Harapannya, destinasi ini tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi juga di tingkat regional hingga nasional.
Suasana alami, udara segar, potensi sejarah, serta kebersamaan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam menjadikan Titik Nol Bara Batu sebagai tujuan wisata alternatif yang menjanjikan. Semua unsur masyarakat dilibatkan dalam proses pengembangan ini.
Keterlibatan tokoh masyarakat, RT, RW, hingga para pemuda menjadi kunci kesuksesan rencana jangka panjang desa. Semangat gotong royong yang hidup di tengah masyarakat menjadi fondasi kuat untuk mengubah kawasan ini menjadi destinasi unggulan.
Kegiatan yang dilakukan ini bukan sekadar acara santai, melainkan bagian dari visi besar pemerintah desa dalam mengenalkan potensi lokal. Dengan pendekatan berbasis komunitas dan sejarah, Titik Nol Bara Batu diyakini akan menjadi surga tersembunyi yang segera bersinar terang.
Dengan segala kekayaan alam dan sejarah yang dimiliki, Titik Nol Bara Batu bukan hanya destinasi wisata, tapi juga ruang belajar dan refleksi tentang pentingnya merawat alam, sejarah, dan nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat. ( Hasanuddin/ Herman Djide)