Pemanfaatan Maksimal Potensi Lokal sebagai Kunci Emas Desa Maju

5 days ago 12

PANGKEP SULSEL - Hidup di desa sering kali identik dengan keterbatasan. Jalan berlubang, akses pendidikan rendah, lapangan kerja sempit, dan layanan kesehatan yang jauh dari memadai. Gambaran ini membuat desa mendapat stigma sebagai “kantong kemiskinan”. Namun, sejatinya desa bukanlah sumber masalah, melainkan ruang penuh peluang jika dikelola dengan pola pikir yang tepat.

Pertama, langkah mendasar adalah perubahan pola pikir masyarakat desa. Mentalitas pasrah dan bergantung pada bantuan harus bergeser menjadi sikap mandiri dan inovatif. Pendidikan formal maupun non-formal harus terus ditingkatkan agar anak-anak desa tidak lagi merasa rendah diri, melainkan percaya bahwa mereka punya kesempatan yang sama dengan anak kota untuk berhasil.

Kedua, kolaborasi menjadi kunci utama. Desa tidak bisa berjalan sendiri. Peran pemerintah desa, tokoh masyarakat, pemuda, UMKM, hingga mitra eksternal seperti kampus dan LSM, harus menyatu dalam visi bersama. Gotong royong yang menjadi jati diri bangsa dapat dijadikan landasan untuk membangun ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Ketiga, pemanfaatan potensi lokal. Hampir setiap desa memiliki sumber daya unik, entah berupa lahan pertanian, hasil tambang, hutan, laut, atau bahkan tradisi dan budaya. Sayangnya, banyak potensi itu dibiarkan terpendam karena keterbatasan pengetahuan dan akses pasar. Jika desa mampu mengolahnya dengan kreativitas, hasilnya akan jauh lebih bernilai.

Keempat, inovasi teknologi harus masuk ke desa. Digitalisasi dapat membuka peluang besar, mulai dari pemasaran produk melalui media sosial hingga akses pembelajaran daring. Anak muda desa bisa menjadi motor penggerak untuk memperkenalkan produk desa ke pasar nasional maupun internasional.

Kelima, penguatan ekonomi berbasis UMKM dan koperasi. Daripada warga berjalan sendiri-sendiri, koperasi desa bisa menjadi wadah untuk menampung produksi, mengatur distribusi, dan memperkuat daya tawar. Dengan begitu, desa tidak lagi menjadi korban tengkulak, melainkan mampu mengatur harga yang adil.

Keenam, pariwisata desa sebagai alternatif ekonomi. Keindahan alam, kerajinan tradisional, dan kuliner khas dapat menjadi daya tarik yang mengundang wisatawan. Dengan pengelolaan yang profesional, pariwisata tidak hanya menambah pendapatan, tetapi juga memperkuat identitas budaya desa.

Ketujuh, pemberdayaan perempuan dan pemuda harus mendapat perhatian khusus. Perempuan desa bukan hanya ibu rumah tangga, tetapi juga bisa menjadi pelaku usaha. Sementara itu, pemuda dengan kreativitas dan energi tinggi bisa menjadi agen perubahan yang memutus rantai kemiskinan.

Akhirnya, keluar dari “desa kemiskinan” bukan hanya soal angka pendapatan per kapita, melainkan transformasi menyeluruh: dari pola pikir yang terbuka, kolaborasi yang solid, dan pemanfaatan potensi lokal yang maksimal. Desa tidak boleh lagi dipandang sebagai objek, melainkan subjek yang menentukan masa depannya sendiri. Dengan begitu, desa bukan hanya keluar dari kemiskinan, tetapi juga menjadi pusat peradaban baru yang membanggakan

Pangkep 7 September 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Desa Alam | | | |