Jaro Midun Serukan Rasa, Martabat, dan Rahmat untuk Semua di Momen Maulid Nabi 2025

5 hours ago 2

Cisolok, Sukabumi, Jumát 05 September 2025 — Di tengah gemuruh ombak selatan dan bisikan angin dari bukit-bukit Cikahuripan, dengan rutinitas gema shalawat bergema di setiap mesjid menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW 2025. Namun bukan hanya lantunan doa saja yang menggetarkan hati, melainkan suara seorang pemimpin desa yang berbicara dengan rasa: Jaro Midun, Kepala Desa Cikahuripan, menyampaikan pesan yang menyentuh jiwa dan menggugah kesadaran sosial.

Jaro Midun menyambut Maulid Nabi bukan sebagai ritual tahunan, melainkan sebagai panggilan untuk kembali kepada nilai-nilai luhur yang diajarkan Rasulullah SAW. Ia menyampaikan bahwa di tengah tantangan sosial, dari kemiskinan hingga keterasingan, kita harus hadir dengan kelembutan, bukan kekuasaan.

“Maulid ini bukan hanya tentang mengenang, tapi menyambut cahaya. Rasulullah SAW datang membawa rahmat, bukan sekadar hukum. Maka di desa kita, mari kita rangkul permasalahan dengan rasa, bukan dengan amarah. Kita bangun martabat bukan dari gedung, tapi dari kasih sayang, ” ucap Jaro Midun dengan nada yang lirih namun tegas saat dihubungi Matasosial.

Sukabumi Mubarokah, Desa Bermartabat

Jaro Midun menegaskan bahwa semangat Sukabumi Mubarokah harus berakar dari desa. Ia menyebut bahwa martabat desa bukan ditentukan oleh anggaran, melainkan oleh akhlak warganya dan kepekaan pemimpinnya. Di Cikahuripan, gotong royong bukan hanya tradisi, tapi warisan spirit yang luhur. Pengajian bukan hanya rutinitas, tapi cahaya yang menuntun arah.

“Kalau Rasulullah memeluk anak yatim dan menyapa fakir miskin dengan senyum, maka kita pun harus hadir di rumah-rumah yang sunyi. Jangan biarkan warga kita merasa sendiri. Pemerintah desa harus menjadi tangan yang mengusap, bukan jari yang menunjuk, ” lanjutnya.

Menyambut Maulid, Menyambut Perubahan

Lebih lanjut, Jaro Midun juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Maulid sebagai momentum perubahan. Ia menyebut bahwa pendidikan, kesehatan, dan ekonomi desa harus dibangun dengan semangat rahmatan lil ‘alamin—memberi manfaat, bukan hanya angka.

“Kita tidak bisa bicara pembangunan kalau hati rakyat kita masih terluka. Maka mari kita bangun desa dengan cinta, dengan akhlak, dengan teladan Rasulullah SAW. Karena hanya dengan itu, Sukabumi akan benar-benar mubarokah, ” tutupnya.

Ia mengingatkan kita bahwa di tengah dunia yang sibuk membangun infrastruktur, selain bangun Fisik, ada desa yang sibuk membangun jiwa. Dan dari jiwa itulah, martabat dan berkah akan tumbuh.

Read Entire Article
Desa Alam | | | |